Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Perang Verbal AS-China Diprediksi Terus Berlanjut

Sebuah media pemerintah China menyampaikan peringatan yang menekankan bahwa metode pertempuran verbal akan menjadi sebuah hal yang biasa dalam hubungan dagang dengan Amerika Serikat (AS).
Presiden China Xi Jinping (kanan) berinteraksi dengan Presiden AS Donald Trump didampingi Melania Trump. (Reuters)
Presiden China Xi Jinping (kanan) berinteraksi dengan Presiden AS Donald Trump didampingi Melania Trump. (Reuters)

Bisnis.com, JAKARTA - Sebuah media pemerintah China menyampaikan peringatan yang menekankan bahwa metode pertempuran verbal akan menjadi sebuah hal yang biasa dalam hubungan dagang dengan Amerika Serikat (AS).

Dalam editorial yang dipublikasi oleh Global Times, media yang dikelola oleh pemerintah China, menyebutkan bahwa kedua belah pihak masih ingin mencapai kesepakatan dagang namun prosesnya terus terhambat dengan ketegangan yang memuncak akhir-akhir ini.

Media tersebut juga menambahkan bahwa China dan AS siap untuk melangsungkan mode perang verbal selama masa 'gencatan senjata' tarif yang ditetapkan pada Desember lalu masih berlaku.

"Peringatan dari China yang mengatakan bahwa mereka siap membalas kenaikan tarif AS, yang dijadwalkan pada Jumat, disampaikan dalam nada yang tenang namun tetap menunjukkan keinginan bahwa mereka tidak akan tinggal diam," tulis surat kabar tersebut, seperti dikutip melalui Bloomberg, Kamis (9/5/2019).

Tulisan tersebut juga membandingkan babak perundingan yang akan berlangsung pekan ini dengan peristiwa "Perjamuan Hongmen", sebuah bagian sejarah China yang menggambarkan pengkhianatan.

Namun pemerintahan Presiden Xi Jinping tetap berkomitmen untuk hadir dalam perundingan di Washington dengan mengirimkan negosiator top, Wakil Perdana Menteri China Liu He.

Pada saat yang sama, sebuah blog semi-resmi, Taoran Notes, menuliskan bahwa China sudah bersiap untuk menghadapi berbagai kemungkinan skenario dan siap untuk memberikan tindakan balasan.

"Meningkatnya ketegangan perang dagang bukan sesuatu yang kita inginkan, tapi hal tersebut sudah terjadi dan kita tidak boleh lengah," tulis blog yang dikelola oleh surat kabar Economic Daily, media asuhan Dewan Negara China.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Nirmala Aninda
Editor : Tegar Arief
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper