Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

NPI Kuartal III/2019 Diyakini Membaik

Seiring dengan perbaikan cadangan devisa Oktober 2019, kinerja neraca pembayaran diyakini akan membaik tercermin dari defisit transaksi berjalan yang diperkirakan 2,35% dari PDB pada kuartal III/2019.
Karyawan bank memperlihatkan uang pecahan Dolar AS dan Rupiah di Jakarta, Senin (7/1/2019)./ANTARA-Rivan Awal Lingga
Karyawan bank memperlihatkan uang pecahan Dolar AS dan Rupiah di Jakarta, Senin (7/1/2019)./ANTARA-Rivan Awal Lingga

Bisnis.com, JAKARTA – Seiring dengan perbaikan cadangan devisa Oktober 2019, kinerja Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) diyakini akan membaik tercermin dari defisit transaksi berjalan yang diperkirakan 2,35% dari PDB pada kuartal III/2019.

Kepala Ekonom Bank Mandiri Andry Asmoro memperkirakan defisit transaksi berjalan atau current account deficit (CAD) pada kuartal III/2019 ini pada kisaran US$6,77 miliar atau 2,35% dari PDB. Angka ini diperkirakan membaik dibandingkan kuartal II/2019 US$8,44 miliar atau 3,04% dari PDB.

“Kondisi ini umumnya memperlihatkan peningkatan neraca barang, dimana impor tertekan lebih dalam ketimbang kinerja ekspor pada kuartal III ini,” jelas Andry kepada Bisnis, Kamis (7/11/2019).

Sementara itu, untuk defisit neraca jasa diprediksikan akan mengalami kenaikan tipis dibandingkan kuartal II/2019 lalu. Hal ini didukung oleh kenaikan penerimaan berkat ibadah haji. Oleh sebab itu, Andry menilai defisit neraca pendapatan kuartal III/2019 ini disebabkan oleh pembayaran bunga utang luar negeri, dan repatriasi dividen. Meski begitu, pendapatan sekunder masih terprediksi akan mencatatkan surplus.

Andry memproyeksikan secara kumulatif dari Januari-September 2019 ini, CAD masih akan berada pada kisaran 2,66% dari PDB. Prediksi ini terbilang cukup aman karena berada di bawah target sasaran 3% dari PDB. Dia menilai hal ini mengindikasikan kondisi ekonomi Indonesia cukup sehat dari tekanan eksternal.

Dia menambahkan, Bank Indonesia juga sudah mengumumkan cadangan devisa pada Oktober 2019 mengalami kenaikan menjadi US$126,7 miliar dari bulan sebelumnya US$124,3.

Adapun posisi cadangan devisa tersebut setara dengan pembiayaan 7,4 bulan impor atau 7,1 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor. Bisnis mencatat, kenaikan Oktober 2019 ini juga lebih tinggi dari posisi cadev pada Agustus 2019 sebesar US$126,4 miliar.

“Kondisi ini mengindikasikan neraca pembayaran Indonesia mengalami perbaikan, mendukung nilai tukar rupiah lebih stabil,” terang Andry.

Sampai akhir 2019, Andry memprakirakan rupiah masih akan tahan terhadap tekanan perang dagang. Dia memprediksikan, nilai tukar rupiah diproyeksikan masih akan berada pada kisaran Rp14.248.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper