Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Garuda Indonesia Terbangi Rute Sesuai Permintaan

Garuda Indonesia hanya akan menerbangi rute-rute sesuai dengan tingkat permintaan di wilayah yang dituju dalam masa kenormalan baru (new normal).
Teknisi beraktivitas di dekat pesawat Boeing 737 Max 8 milik Garuda Indonesia, di Garuda Maintenance Facility AeroAsia, bandara Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten, Rabu (13/3/2019)./Reuters-Willy Kurniawan
Teknisi beraktivitas di dekat pesawat Boeing 737 Max 8 milik Garuda Indonesia, di Garuda Maintenance Facility AeroAsia, bandara Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten, Rabu (13/3/2019)./Reuters-Willy Kurniawan

Bisnis.com, JAKARTA - PT Garuda Indonesia Tbk. (GIAA) hanya akan menerbangi rute-rute sesuai dengan tingkat permintaan di wilayah yang dituju dalam masa kenormalan baru (new normal).

Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra mengatakan wilayah di luar rute gemuk tetap akan dioperasionalkan, tetapi dengan penurunan jumlah frekuensi dengan memperhitungkan kapasitas pesawat. Terlebih, emiten berkode saham GIAA telah mengandangkan hampir 70 persen pesawatnya.

“Rute-rute yang tidak terlalu ramai memang harus bersabar menunggu giliran terbangnya, karena pesawat juga kami kurangi sesuaikan dengan kebutuhan pasar,” jelasnya, Jumat (6/5/2020).

Selama pandemi Covid-19, perseroan mengalami penurunan dari sisi produksi sesuai dengan kebijakan pemerintah dengan penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di beberapa provinsi atau daerah serta negara lainnya.

Sampai saat ini maskapai pelat merah tersebut masih melakukan pengurangan produksi atau kapasitas baik di rute domestik maupun internasional. Rute Internasional di regional Timur Tengah dan China masih diberlakukan penghentian total sampai pemberitahuan lebih lanjut.

Adapun, di wilayah lainnya seperti Australia, Jepang dan Korea Selatan, Eropa, dan Asia masih diberlakukan pengurangan frekuensi sebesar 60 - 80 persen dari total frekuensi normal.

“Pengurangan frekuensi ini bersifat fluktuatif tiap hari yang disesuaikan dengan demand dan perkembangan kondisi di negara ataupun daerah tersebut,” ujarnya.

Irfan menjelaskan pandemi Covid-19 berdampak pada penghentian sebgaian operasional yang diproyeksikan lebih dari tiga bulan. Kontribusi pendapatan dari kegiatan operasional yang terhenti dan atau mengalami pembatasan operasional tersebut terhadap total pendapatan (konsolidasi) tahun lalu pun mencapai sebesar 25 persen hingga 50 persen.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper