Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Investasi Kilang, Pertamina Masih Butuh Dana US$48 Miliar

Pembangunan lima kilang dinilai cukup untuk menyetop impor bahan bakar minyak.
Kilang Cilacap milik Pertamina/Reuters-Darren Whiteside
Kilang Cilacap milik Pertamina/Reuters-Darren Whiteside

Bisnis.com, JAKARTA — PT Pertamina masih membutuhkan pendanaan untuk proyek pengembangan dan pembangunan kilang.

Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati mengatakan bahwa pihaknya tetap berkomitmen untuk menjalankan mandat dari pemerintah untuk mengerjakan empat refinery development master plan (RDMP) dan satu grass roof refinery (GRR).

Dalam rapat dengar pendapat dengan Komisi VII DPR pada Rabu (1/7/2020), Nicke mengatakan bahwa pembangunan tersebut bertujuan menekan defisit neraca perdagangan yang salah satu kontributor terbesarnya disumbangkan oleh sektor minyak dan gas bumi.

Menurutnya, pembangunan lima kilang tersebut dinilai cukup untuk menyetop impor bahan bakar minyak (BBM), bahkan bisa melebihi untuk nantinya diekspor.

"Dengan pembangunan empat RDMP [dan] satu GRR, 2026 kami sudah tidak lagi melakukan impor gasoil, kita enggak impor malah berlebih. Kita bisa ekspor. Lalu kami hanya perlu impor gasoline," ujarnya.

Sementara itu, CEO Refinery & Petrochemical Subholding (PT Kilang Pertamina Internasional) Ignatius Tallulembang memaparkan bahwa dalam proses pembangunannya terdapat sejumlah tantangan.

Adapun, nilai investasi yang sangat besar, kompleksitas pencarian mitra strategis, dan profitabilitas marginal bisnis kilang menjadi tantangan terberat dalam kurun waktu 25 tahun terakhir.

Untuk keseluruhan proyek kilang itu, kata Ignatius, nilai investasi yang harus dikucurkan yakni sebesar US$48 miliar dalam kurung waktu 6 tahun—7 tahun ke depan.

Menurut dia, Pertamina bakal mengucurkan anggaran sebesar 40 persen dari total investasi tersebut, sisanya akan diserap dari pendanaan eksternal.

Selain itu, saat beroperasi nanti, kilang-kilang itu akan menyerap anggaran operasional sebesar US$20 miliar setiap tahunnya.

"Nah, tentu ini membutuhkan investasi yang besar. Oleh karena itu, dibutuhkan multiple funding berupa partnership, bond, dan lain sebagainya," ungkapnya.

Untuk itu, selain memitigasi risiko bisnis, pencarian mitra strategis bisa menjadi salah satu sumber permodalan Pertamina.

Namun, dalam perjalanannya, kerja sama dengan mitra-mitra tersebut tidak seluruhnya berjalan mulus seperti hubungan kerja sama Pertamina dengan Saudi Aramco.

"Dalam membangun kilang kita juga melihat keekonomian kalau hanya kilang saja sangat marjinal sekali dan IRR [internal rate of return]-nya sangat pas-pasan, sedangkan investor luar menginginkan IRR project di atas 12, kalau kayak Saudi Aramco minta, bahkan 15. Partnership dengan pendekatan pemerintah G2G [government to government] itu bisa lebih cepat," ungkap Tallulembang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Muhammad Ridwan
Editor : Zufrizal
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper