Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ekonom: Realisasi Investasi di Semester II/2020 Berpotensi Membaik

Realisasi investasi pada semester II/2020 bisa lebih baik, dipengaruhi pleh faktor pemulihan ekonomi China dan penerapan new normal.
Direktur Eksekutif CORE Indonesia Mohammad Faisal memberikan paparan dalam CORE Economic Outlook 2019 bertajuk Memperkuat Ekonomi di tengah Tekanan Global, di Jakarta, Rabu (21/11/2018)./JIBI-Felix Jody Kinarwan
Direktur Eksekutif CORE Indonesia Mohammad Faisal memberikan paparan dalam CORE Economic Outlook 2019 bertajuk Memperkuat Ekonomi di tengah Tekanan Global, di Jakarta, Rabu (21/11/2018)./JIBI-Felix Jody Kinarwan

Bisnis.com, JAKARTA - Ekonom memproyeksikan investasi di semester kedua tahun ini akan membaik dari realisasi investasi di semester petama.

Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mencatat realisasi investasi langsung pada semester I/2020 adalah sebesar Rp402,6 triliun, tumbuh tipis 1,8 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.

Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (CORE) Mohammad Faisal memprediksi realisasi investasi pada semester II/2020 bisa lebih baik, dipengaruhi pleh faktor pemulihan ekonomi China dan penerapan new normal.

Meski demikian, Faisal menilai risiko ke depan masih tetap besar karena penyebaran wabah Covid-19 di Indonesia masih mengalami akselerasi.

Faisal mengatakan, Indonesia bisa memanfaatkan peluang pada industri manufaktur, sejalan dengan investasi di sektor tersebut yang mulai meningkat sejak akhir 2019, khususnya pada subsektor logam dasar, makanan minuman dan farmasi.

"Sekarang, investasi manufaktur kembali melampaui investasi jasa, kembali seperti kondisi sebelum tahun 2017. Peningkatan investasi manufaktur setidaknya bisa sedikit meredam kontraksi investasi di sektor jasa," katanya kepada Bisnis, Rabu (22/7/2020).

Namun, imbuhnya, masih ada beberapa pekerjaan rumah yang harus dilakukan pemerintah untuk bisa menarik investasi lebih banyak ke sektor manufaktur.

Keluhan investor di sektor manufaktur, mulai dari kejelasan regulasi perizinan, masalah upah tenaga kerja yang cepat naik sementara kurang diimbangi dengan produktivitas khususnya di daerah-daerah industri, dan insentif pajak.

"Itu yang harus segera diperbaiki kalau kita ingin bisa bersaing dengan negara-negara lain," tuturnya.

Faisal pun menyampaikan, Indonesia masih kalah bersaing dengan negara-negara tetangga, seperti vietnam dan filipina, khususnya untuk menarik investasi manufaktur yang berorientasi ekspor.

Dia juga menilai, Indonesia juga memiliki peluang yang lebih kecil terkait relokasi investasi dari China. Negara-negara tetangga dinilai lebih unggul karena memberikan lebih banyak insentif dan kemudahan ekspor impor.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Maria Elena
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper