Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Sudah 60 Persen, Proyek Kereta Cepat Diharapkan Tak Hanya Kejar Tayang

Hal yang perlu menjadi catatan penting adalah percepatan pembangunan konstruksi tetap harus terukur dan terkendali agar mengutamakan keselamatan konstruksi dan dampak lingkungan.
Foto udara proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB) di salah satu tunnel atau terowongan di kawasan Tol Purbaleunyi KM 125, Cibeber, Cimahi Selatan, Jawa Barat, Kamis (2/4/2020). Bisnis/Rachman
Foto udara proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB) di salah satu tunnel atau terowongan di kawasan Tol Purbaleunyi KM 125, Cibeber, Cimahi Selatan, Jawa Barat, Kamis (2/4/2020). Bisnis/Rachman

Bisnis.com, JAKARTA - Pembangunan konstruksi KA Kecepatan Tinggi (KKT) Jakarta-Bandung sudah mencapai kemajuan pelaksanaan 60 persen.

Hal ini dinilai merupakan hal positif karena pembangunan konstruksi tetap berkemajuan cukup signifika di tengah pandemi Covid-19.

Ketua MTI Bidang Perkeretaapian Aditya Dwi Laksana mengatakan untuk tahapan hingga pengoperasian KKT, perjalanan masih cukup panjang karena aspek sarana dan pengendalian operasional perjalanan KA harus dipersiapkan dengan matang.

Tak hanya itu, dia mengaku hal tersebut cukup kompleks karena merupakan teknologi baru bagi perkeretaapian di Indonesia.

Yang tak kalah penting, alih teknologi juga harus dipastikan berjalan baik.

Lainnya, hal yang perlu menjadi catatan penting adalah percepatan pembangunan konstruksi tetap harus terukur dan terkendali agar mengutamakan keselamatan konstruksi dan dampak lingkungan.

“Harus "zero accident" dan tidak memberikan dampak negatif ke lingkungan sebagaimana yang pernah terjadi, seperti dampak banjir ke ruas jalan tol karena drainase yang tidak memadai dan kebakaran pipa gas di samping ruas tol. Artinya jangan kejar tayang dengan mengabaikan keselamatan dan dampak lingkungan,” jelasnya Rabu (2/10/2020)

Selain itu, hal lain yang juga esensial adalah kesiapan pemadu moda di Stasiun Halim - Jakarta dan Stasiun Tegalluar - Bandung. Karena KKT tidak bisa berdiri sendiri, dan harus terintegrasi dengan moda pengumpan dari dan menuju pusat kota.

“Sampai dengan saat ini masih belum jelas mengenai pembangunan integrasi moda ini. Menjadi kurang optimal bila dengan KKT, waktu perjalanan dapat dipersingkat signifikan tetapi waktu tempuh angkutan pengumpannya masih relatif lama,”imbuhnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper