Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Respons Pernyataan Luhut, Peritel Pantau Perkembangan Vaksin Covid-19

Informasi yang disampaikan pemerintah terkait dengan masuknya vaksin Covid-19 pada awal Desember mendatang dinilai mampu mendorong pelaku usaha untuk berkonsentrasi dalam menjalankan bisnis di tengah kondisi pandemi Covid-19.
Suasana tenan makanan yang sepi di salah satu pusat perbelanjaan usai adanya anjuran untuk menjaga jarak sosial dan beraktivitas dari rumah untuk mencegah penyebaran virus corona di Jakarta, Senin (23/3/2020). Asosiasi Peritel Indonesia (Aprindo) juga memprediksi penurunan penjualan ritel kuartal pertama 2020 turun hingga 0,4 persen dibanding dengan kuartal pertama tahun lalu. Bisnis/Nurul Hidayat
Suasana tenan makanan yang sepi di salah satu pusat perbelanjaan usai adanya anjuran untuk menjaga jarak sosial dan beraktivitas dari rumah untuk mencegah penyebaran virus corona di Jakarta, Senin (23/3/2020). Asosiasi Peritel Indonesia (Aprindo) juga memprediksi penurunan penjualan ritel kuartal pertama 2020 turun hingga 0,4 persen dibanding dengan kuartal pertama tahun lalu. Bisnis/Nurul Hidayat

Bisnis.com, JAKARTA -- Pelaku usaha sektor ritel memantau secara ketat dan berharap pemerintah dapat memberikan informasi terbaru secara berkala terkait dengan perkembangan vaksin di Tanah Air.

Hal tersebut menyikapi pernyataan Menteri Koordinasi Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Panjaitan bahwa sekitar 30-40 juta vaksin bakal masuk di Tanah Air pada awal Desember tahun ini.

Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) Roy Mandey mengatakan pembaruan informasi mengenai vaksin secara berkala penting sebagai bagian dari komunikasi publik yang terurai agar peritel dapat menentukan strategi ke depan.

"Pelaku usaha sektor ritel berharap perkembangan soal vaksin Covid-19 disosialisasikan setiap bulan. Uji klinisnya sudah sejauh mana? Transparansinya harus diumumkan ke publik. Pasalnya, transparansi mengenai perkembangan vaksin akan terus mendorong kami untuk tetap optimistis," kata Roy kepada Bisnis, Kamis (17/9/2020)

Selain masalah kehadiran vaksin Covid-19, Roy meminta pemerintah menyosialisasikan fakta dan data terbaru terkait dengan uji klinis massal yang sudah mulai dijalankan sejek beberapa waktu lalu. 

Sejauh ini, pemerintah dikatakan belum melakukan penyampaian secara berkala terkait dengan perkembangan kehadiran vaksin dan proses vaksinasi tersebut kepada lekau usaha sektor ritel.

Meski demikian, informasi yang disampaikan pemerintah terkait dengan masuknya vaksin Covid-19 pada awal Desember mendatang dinilai mampu mendorong pelaku usaha untuk berkonsentrasi dalam menjalankan bisnis di tengah kondisi pandemi Covid-19.

Berdasarkan data Kementerian Perdagangan (Kemendag) yang telah dikonfirmasi ulang ke Aprindo, sampai dengan akhir April 2020, dampak cukup signifikan dialami oleh sektor ritel seiring dengan diberlakukannya Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).

Direktur Bina Usaha dan Pelaku Distribusi Kemendag Nina Mora mengatakan jumlah karyawan yang dirumahkan dari departement store, toko khusus, dan tenant (penyewa) diperkirakan sekitar 256.000 tenaga kerja. Termasuk dari manajemen mal atau pusat perbelanjaan, kantor pusat dan cabang peritel di seluruh Indonesia.

"Jumlah karyawan yang di-PHK di sektor ritel modern yang terdampak, sekitar 0.5-0.6% dari total yang dirumahkan tersebut atau sekitar 1.200 orang," kata Nina kepada Bisnis.

Namun, berdasarkan informasi yang diperoleh Bisnis dari Aprindo per Kamis (17/9/2020), jumlah karyawan sektor ritel modern yang terkena pemutusan hubungan kerja (PHK) bertambah menjadi nyaris 1 persen dari total pekerja yang dirumahkan, yakni sekitar 2.000 orang.

Selain itu, Nina mengatakan toko ritel kehilangan transaksi 'impulse buying' dari masyarakat yang secara umum memberikan kontribusi sekitar 40-45 persen dari transaksi per kunjungan masyarakat.

"Impulse buying ini berkurang karena masyarakat harus stay at home dan tidak mengunjungi ritel," tambah Nina.

Sementara itu, lanjutnya, pembelian via daring, telephone delivery, dan ojek daring ternyata tidak memberikan kontribusi pendapatan yang signifikan, hanya sekitar 20-25 persen dibandingkan dengan saat masyarakat datang ke toko ritel modern sebelum pandemi.

Hal tersebut terjadi karena kapasitas kemampuan ojek daring dalam membawa barang keperluan yang dibeli berjumlah sedikit atau sangat terbatas.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper