Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Dua Hal Ini Bikin Garuda (GIAA) Alami Situasi Sulit

Garuda Indonesia menjelaskan dua hal yang membuat kondisi maskapai memasuki situasi sulit pada awal tahun.
Pesawat milik maskapai penerbangan Garuda Indonesia bersiap melakukan penerbangan di Bandara internasional Sam Ratulangi Manado, Sulawesi Utara akhir pekan lalu (8/1/2017)./Bisnis-Dedi Gunawann
Pesawat milik maskapai penerbangan Garuda Indonesia bersiap melakukan penerbangan di Bandara internasional Sam Ratulangi Manado, Sulawesi Utara akhir pekan lalu (8/1/2017)./Bisnis-Dedi Gunawann

Bisnis.com, JAKARTA - PT Garuda Indonesia Tbk. (GIAA) menyampaikan sepanjang dua bulan pertama tahun ini maskapai dihadapkan pada situasi yang menyulitkan lantaran memasuki periode low season dan dampak kecelakaan pesawat Sriwijaya Air SJ-182.

Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra mengatakan pada awal tahun ini berlangsung kembali kebijakan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) mikro. Setelah itu, diikuti dengan kasus jatuhnya pesawat Sriwijaya Air serta periode low season pada Januari–Februari yang mempengaruhi psikologis penumpang pesawat penumpang untuk melakukan perjalanan dengan menggunakan transportasi udara.

Dia menjabarkan dari hasil monitoring dan evaluasi, terdapat 140 penerbangan per hari selama hampir dua bulan berjalan tahun ini, sedangkan jumlah penumpang sekitar 10.000 per hari. Kondisi ini yang membuat masa pemulihan bagi maskapai makin berjalan dengan sulit walaupun inisiatif yang dilakukan sudah mencapai titik optimum.

"Kita harus percaya dengan vaksinasi, confidence publik meningkat. Walaupun aturan rapid antigen membuat penumpang tidak nyaman, tetapi kabar dari Kemenhub pada 1 April bahwa akan digunakan GeNose, kami harapkan lebih memudahkan penumpang," kata Irfan, Rabu (24/2/2021).

Garuda Indonesia optimistis dengan kondisi industri penerbangan. Maskapai ingin agar masyarakat kembali melakukan perjalanan atau berlibur via transportasi udara tanpa menambah jumlah kasus positif Covid-19.

Optimisme tersebut, lanjutnya, bukan tanpa alasan karena dari data yang ada menunjukkan peningkatan yang cukup signifikan baik dari sisi jumlah penumpang maupun dari sisi frekuensi penerbangan.

Irfan menjabarkan dari sisi jumlah penumpang pada akhir tahun lalu mencapai 24.000 penumpang per hari dengan 300 penerbangan per hari termasuk penerbangan internasional. Kondisi ini dibandingkan dengan normal sebelum pandemi adalah dengan angka penerbangan lebih dari 500 hari dan penumpang lebih dari 50.000 per hari.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper