Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Investasi Properti untuk Ambil Gain di Aspas Diprediksi US$165 Miliar

Bisnis properti di Asia pasifik pada tahun ini diprediksi mulai rebound meskipun belum mencapai level sebelum pandemi pada 2019, menurut konsultan properti Cushman & Wakefield.
International Finance Centre di Hong Kong./Bloomberg/Jerome Favre
International Finance Centre di Hong Kong./Bloomberg/Jerome Favre

Bisnis.com, JAKARTA – Total dana yang ditanam di bidang real estat oleh investor—penanaman modal untuk mengambil gain, bukan investasi proyek baru—di Asia Pasifik (Aspas) diprediksi meningkat tahun ini hingga US$165 miliar, menurut konsultan properti Cushman & Wakefield.

Dengan jumlah sebanyak itu, investasi real estat tidak termasuk situs pengembangan di Asia Pasifik mencapai level 90 persen dari 2019 ketika pandemi belum menghantam seluruh dunia.

Rebound aktivitas investasi di kawasan ini didukung oleh kepercayaan investor yang semakin besar karena Asia Pasifik telah memimpin pemulihan ekonomi di seluruh dunia. Kawasan ini juga mengalami momentum positif yang didukung oleh lonjakan investasi pada kuartal terakhir 2020.

Investor real estat lebih memilih pendekatan untuk menunggu dan melihat di sepanjang 2020 ketika pandemi melanda seluruh dunia, sehingga mengakibatkan penurunan hampir 29 persen dalam total volume investasi—di luar pembangunan proyek—selama tahun lalu yoy secara global.

Pasar investasi properti Asia Pasifik terpukul pada paruh pertama 2020, tetapi terjadi peningkatan aktivitas investasi pada kuartal terakhir 2020, dipimpin oleh China dan Korea Selatan.

Seperti halnya pada 2020, ekonomi global, pasar sewa, dan pasar modal yang merupakan beberapa faktor pendorong pasar real estat, akan bergerak secara sinkron mengikuti situasi pandemi yang terjadi tahun ini.

Berbeda dengan resesi global sebelumnya, aktivitas investasi diprediksi membawa pasar sewa sebagai faktor penggerak pasar properti global untuk rebound, karena kondisi keuangan global yang kuat.

David Bitner, Kepala Riset Pasar Modal Global Cushman & Wakefield, mengatakan pasar modal global berada di bawah beban ketidakpastian selama setahun terakhir.

“Tahun ini menjanjikan terjadi keringanan beban secara progresif pada saat titik suku bunga dasar yang sudah rendah, ketersediaan modal yang tinggi untuk utang dan ekuitas, serta nilai yang lebih menarik dibandingkan dengan nilai aset lainnya. Ini memungkinkan pemulihan terjadi jauh lebih cepat daripada penurunannya," paparnya.

Walaupun aktivitas transaksi global diperkirakan tetap tertahan pada paruh pertama 2021, konsensus yang berkembang bahwa vaksin didistribusikan secara luas pada pertengahan 2021 di sebagian besar negara maju dan beberapa negara berkembang, serta revisi prospek ekonomi tahun ini, akan dapat meningkatkan tingkat aktivitas investasi pada paruh kedua tahun ini.

Dalam hal jenis properti, logistik dan aset multifamily telah menjadi 'pemenang pandemi' dan akan tetap menjadi pilihan investasi yang menarik secara global.

Di sisi lain, peluang investasi di sektor perkantoran dan ritel masih akan terus berkembang seiring dengan perubahan pola kerja, tempat tinggal, dan cara berbelanja.

Investasi di Asia Pasifik diprediksi mengalami peningkatan momentum dalam aktivitas investasi, meskipun laju pemulihan bervariasi di setiap negara.

Indonesia memperlihatkan potensi volume transaksi yang kuat sejak awal 2021, para investor berfokus terutama pada aset yang penjualannya tertekan sepanjang 2020.

China dan Jepang memiliki kinerja yang relatif kuat selama 2020, dengan penurunan volume investasi yang relatif kecil. Dikombinasikan dengan kinerja Q4 2020 yang kuat, mereka cenderung akan menjadi yang pertama pulih ke level sebelum Covid-19.

Korea Selatan mencatatkan kinerja yang mengesankan pada 2020, mencatat volume investasi tahunan tertinggi sejak 2015. Aktivitas investasi yang kuat di negara ini diperkirakan berlanjut dengan volume keseluruhan berada di kisaran level yang sama dengan 2019 dan mempunyai potensi lebih lanjut untuk meningkat.

Singapura dan Australia mengalami penurunan volume masing-masing 73 persen dan 45 persen pada 2020. Tahun 2019 sangat kuat bagi Singapura sehingga memperburuk angka penurunan tahunannya pada 2020. Namun, kedua pasar ini mulai menunjukkan tingkat aktivitas menjelang akhir tahun dan peningkatan pada 2021.

Hong Kong masih mengalami peningkatan serupa pada semester kedua 2020 dan volume diperkirakan meningkat tahun ini, tetapi masih cenderung lemah dibandingkan dengan rata-rata 2015–2019 sebesar US$21 miliar.

India menunjukkan kinerja yang kuat pada tahun 2020 dan momentum investasi diperkirakan akan terus berlanjut karena perhatian investor internasional yang semakin meningkat.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper