Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Surplus Neraca Dagang Maret 2021 Diprediksi Menyusut

Pertumbuhan positif ini sejalan dengan PMI manufaktur di negara mitra dagang utama Indonesia yang mengalami peningkatan secara signifikan, terutama di Amerika Serikat dan China.
Suasana Terminal 3 Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Selasa (12/1/2021). ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja
Suasana Terminal 3 Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Selasa (12/1/2021). ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja

Bisnis.com, JAKARTA — Tren surplus neraca perdagangan diperkirakan terus berlanjut pada Maret 2021, tetapi tidak sebesar jika dibandingkan dengan bulan sebelumnya.

Kepala Ekonom Bank Danamon Wisnu Wardhana memproyeksi surplus neraca dagang Maret 2021 tercatat US$1,1 miliar. Posisi ini lebih rendah dibandingkan dengan surplus pada Februari 2021 sebesar US$2 miliar.

Dia memprediksi kinerja ekspor pada periode tersebut akan bertumbuh sebesar 12,7 persen secara tahunan (year-on-year/yoy), lebih tinggi dibandingkan dengan bulan sebelumnya yang tercatat tumbuh 8,6 persen yoy.

Menurutnya, pertumbuhan positif ini sejalan dengan PMI manufaktur di negara mitra dagang utama Indonesia yang mengalami peningkatan secara signifikan, terutama di Amerika Serikat dan China.

PMI manufaktur di AS pada Maret 2021 tercatat sebesar 60,4. PMI manufaktur China pun meningkat menjadi 54,3 setelah mengalami perlambatan sejak awal tahun.

“Dari sisi harga komoditas, tren kenaikan dalam beberapa bulan terakhir, misal, CPO, nikel, minyak, dan batu bara, juga akan mendukung peningkatan ekspor,” katanya kepada Bisnis, Minggu (11/4/2021).

Di samping itu, peningkatan yang tinggi tersebut, kata Wisnu, juga didorong oleh low base effect kinerja ekspor yang terkontraksi -3 persen yoy pada Maret 2020, yang mana merupakan periode awal merebaknya pandemi Covid-19 di Indonesia.

Di sisi lain, Wisnu memperkirakan kinerja impor pada Maret 2021 akan meningkat sebesar 10,4 persen yoy. Pertumbuhan ini melambat jika dibandingkan dengan Februari 2021 yang tercatat tumbuh 14,9 persen yoy.

Dia menilai permintaan bahan baku industri dan barang modal akan mendorong peningkatan impor pada Maret 2021, hal ini juga sejalan dengan PMI manufaktur Indonesia yang meningkat hingga 53,2 persen pada Maret 2021.

Namun, dia menilai impor barang konsumsi masih tertekan yang tercermin dari penjualan barang konsumsi yang belum terlihat membaik secara signifikan dan inflasi inti masih berada pada level yang rendah pada Maret 2021.

“Secara keseluruhan, kami memperkirakan pertumbuhan impor tetap kuat di Maret 2021, tetapi melambat dibandingkan dengan bulan sebelumnya,” ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Maria Elena
Editor : Zufrizal
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper