Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ini 8 Fakta Ekonomi Indonesia Terkini, Inflasi hingga Pelemahan Rupiah

Berikut 8 fakta tentang kondisi ekonomi Indonesia terkini. Mulai dari inflasi hingga pelemahan rupiah terhadap dolar AS.
ILUSTRASI. Ini 8 Fakta Ekonomi Indonesia Terkini, Inflasi hingga Pelemahan Rupiah. Bisnis/Himawan L Nugraha
ILUSTRASI. Ini 8 Fakta Ekonomi Indonesia Terkini, Inflasi hingga Pelemahan Rupiah. Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA - Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 20-21 Juli 2022 memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan atau BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 3,5 persen.

Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo mengatakan Keputusan ini konsisten dengan prakiraan inflasi inti yang masih terjaga di tengah risiko dampak perlambatan ekonomi global terhadap pertumbuhan ekonomi dalam negeri.

“Pertimbangan inflasi inti yang masih dalam sasaran dan juga risiko perlambatan itu tentu saja mempengaruhi kenapa kami masih mempertahankan suku bunga acuan,” katanya dalam konferensi pers, Kamis (21/7/2022).

Dengan keputusan tersebut, BI menetapkan suku bunga Deposit Facility sebesar 2,75 persen, dan suku bunga Lending Facility sebesar 4,25 persen.

Menurutnya, keputusan ini konsisten dengan prakiraan inflasi inti yang masih terjaga di tengah risiko dampak perlambatan ekonomi global terhadap pertumbuhan ekonomi dalam negeri. Perry menuturkan Bank Indonesia terus mewaspadai risiko kenaikan ekspektasi inflasi dan inflasi inti ke depan.

"Serta memperkuat respons bauran kebijakan moneter yang diperlukan baik melalui stabilisasi nilai tukar Rupiah, penguatan operasi moneter, dan suku bunga," imbuhnya.

Selain mengumumkan tingkat suku bunga acuan, hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) juga memaparkan kondisi perekonomian Indonesia dan global terkini.

Beberapa hal yang menjadi sorotan BI, antara lain pergerakan dan proyeksi inflasi nasional, pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS, kinerja neraca perdagangan Indonesia, hingga potensi perlambatan ekonomi Indonesia akibat ketidakstabilan global.

Berikut 8 fakta kondisi ekonomi Indonesia terkini yang dipaparkan oleh Bank Indonesia. Mulai dari inflasi hingga pelemahan rupiah.

1. Ekonomi Nasional Dibayangi Global

Perbaikan ekonomi nasional pada kuartal II/2022 diprakirakan terus berlanjut, meskipun dampak perlambatan ekonomi global perlu diwaspadai.

BI mengatakan pertumbuhan ekononomi ditopang oleh peningkatan konsumsi dan investasi nonbangunan serta kinerja ekspor yang lebih tinggi dari proyeksi awal.

Berbagai indikator dini pada Juni 2022 dan hasil survei Bank Indonesia yang mendukung hal ini, seperti keyakinan konsumen, penjualan eceran, dan Purchasing Managers' Index (PMI) Manufaktur.

2. Net Inflow/Net Outflow

Investasi portofolio pada kuartal II/2022 mencatat net inflow sebesar US$200 juta. Memasuki kuartal III/2022 (hingga 19 Juli 2022), investasi portofolio mencatat net outflow sebesar US$2 miliar sejalan dengan ketidakpastian pasar keuangan global yang tinggi.

Posisi cadangan devisa Indonesia akhir Juni 2022 tercatat sebesar 136,4 miliar dolar AS, setara dengan pembiayaan 6,6 bulan impor atau 6,4 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri Pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor.

3. Pelemahan Nilai Tukar Rupiah

Nilai tukar rupiah mengalami tekanan yang meningkat sebagaimana juga dialami oleh mata uang regional lainnya, di tengah ketidakpastian pasar keuangan global yang masih tinggi.

Nilai tukar Rupiah sampai dengan 20 Juli 2022 terdepresiasi 4,90 persen (ytd) dibandingkan dengan level akhir 2021, relatif lebih baik dibandingkan dengan depresiasi mata uang sejumlah negara berkembang lainnya, seperti Malaysia 6,41 persen, India 7,07 persen, dan Thailand 8,88 persen.

4. Inflasi Meningkat

Inflasi meningkat karena tingginya tekanan sisi penawaran seiring dengan kenaikan harga komoditas dunia dan gangguan pasokan. Secara tahunan, inflasi IHK Juni 2022 tercatat 4,35 persen (yoy), lebih tinggi dibandingkan dengan inflasi pada bulan sebelumnya sebesar 3,55 persen (yoy).

Inflasi inti tetap terjaga sebesar 2,63% (yoy). Sementara itu, inflasi kelompok volatile food meningkat, terutama dipengaruhi oleh kenaikan harga pangan global dan terganggunya pasokan akibat cuaca.

Inflasi kelompok administered prices juga masih tercatat tinggi dipengaruhi oleh inflasi angkutan udara dan energi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Halaman Selanjutnya
Data-data Perbankan Terbaru
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper