Bisnis.com, JAKARTA — G20 merupakan salah satu kelompok elit yang terdiri dari negara-negara dengan skala ekonomi terbesar di dunia. Namun, G20 ternyata tidak memiliki pemimpin atau sekretariat tetap, sehingga terdapat Troika yang menjalankan koordinasi forum tersebut setiap tahunnya.
Pada 2022, Indonesia berkesempatan menjadi tuan rumah atau presidensi G20. Rangkaian pertemuan itu berlangsung di berbagai kota, hingga pertemuan puncak atau Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 akan berlangsung pada November 2022 di Bali.
Presidensi tidak hanya soal lokasi pelaksanaan pertemuan-pertemuan G20 pada tahun itu, tetapi berperan sebagai pemimpin pertemuan. Indonesia berperan memandu jalannya dialog juga mengusulkan pembahasan isu, misalnya terkait ekonomi global dan penyelesaian krisis geopolitik.
Meskipun begitu, presidensi G20 akan berganti setiap tahunnya, seperti Indonesia yang hanya memegang keketuaan pada tahun ini. Lantas, apakah keberlanjutan G20 bisa terjaga jika pemimpinnya terus berganti dan dapat mengusung isu sendiri?
Koordinasi untuk menjaga keberlangsungan forum G20 berjalan dengan adanya Troika. Adapun, Troika sendiri berasal dari bahasa Rusia, yang artinya tiga serangkai. Mekanisme itu dinilai efektif bagi jalannya G20, yang lahir atas respons berbagai krisis global.
Troika G20 terdiri dari tiga negara, yakni presidensi berjalan, presidensi sebelumnya, dan negara presidensi berikutnya.
"Anggota Troika saat ini terdiri dari Indonesia, Italia [presidensi sebelumnya], dan India [kandidat presidensi berikutnya]," tertulis di laman Kementerian Keuangan, dikutip pada Senin (24/10/2022).
Troika dapat memastikan bahwa transisi presidensi G20 bisa berjalan baik dan isu-isu yang menjadi pembahasan dalam presidensi sebelumnya bisa berlanjut.
Salah satu contohnya, yaitu presidensi G20 Indonesia melanjutkan pembahasan isu mengenai kesehatan dan kesetaraan akses vaksin Covid-19, yang ada saat presidensi G20 Italia tahun lalu.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
