Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Tim Internal G20 Sedang Pelajari Masalah Perbankan Terkini

Tim internal G20 kini sedang mempelajari gejolak perbankan yang terjadi sebagai sikap waspada dikarenakan prospek yang semakin menantang.
Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi menghadiri pertemuan para Menteri Luar Negeri (FMM) G20 di New Delhi, India (2/3). Dalam pertemuan tersebut, Menlu menyerukan agar G20 dapat menjadi katalis untuk membangkitkan kembali semangat kolaborasi global./Dok. Kemlu
Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi menghadiri pertemuan para Menteri Luar Negeri (FMM) G20 di New Delhi, India (2/3). Dalam pertemuan tersebut, Menlu menyerukan agar G20 dapat menjadi katalis untuk membangkitkan kembali semangat kolaborasi global./Dok. Kemlu

Bisnis.com, JAKARTA - Tim internal G20 pada hari Rabu mengatakan bahwa aturan yang diperkenalkan setelah krisis keuangan global telah mencegah penularan dari gejolak sektor perbankan terbaru. Namun, sikap waspada perlu dibutuhkan karena prospek menjadi lebih menantang. 

Diketahui bahwa setelah pembayar pajak menalangi pemberi pinjaman selama krisis 2007- 2009, Dewan Stabilitas Keuangan (FSB) mengeluarkan aturan mengenai cara mengkapitalisasi bank dengan lebih baik dan aturan dalam menyelesaikan atau menghentikan krisi dengan cepat tanpa bantuan publik. 

Mengutip pemberitaan dari Bloomberg (12/4/2023) kesediaan regulator untuk menerapkan aturan diuji bulan lalu ketika otoritas AS menangani keruntuhan Silicon Valley Bank dan Swiss merekayasa pengambilalihan paksa Credit Suisse oleh UBS.

Ketua FSB Klaas Knot juga mengatakan bahwa tindakan cepat dan efektif oleh otoritas Swiss, Amerika Serikat, dan yurisdiksi lainnya, dapat menjaga stabilitas keuangan global.

"Tanpa reformasi ini, tekanan yang dihadapi masing-masing bank dapat menyebabkan penularan yang lebih luas dalam sistem keuangan," kata Knot seperti dikutip dari Bloomberg. 

Knot sendiri juga mengatakan bahwa prospek stabilitas keuangan menjadi lebih menantang, dan kebutuhan otoritas keuangan untuk mempelajari pelajaran dan menindaklanjutinya. 

FSB sendiri telah menyoroti kerentanan terkait dengan tingkat utang yang tinggi, model bisnis berdasarkan anggapan suku bunga rendah, penilaian aset yang melebar, dan kombinasi leverage dan ketidaksesuaian likuiditas dalam intermediasi keuangan non-bank (NBFI).

Knot yang juga mengepalai bank sentral Belanda juga mengatakan bahwa kerentanan ini peka terhadap kenaikan suku bunga dan ekonomi yang melambat. 

"Oleh karena itu, pihak berwenang harus tetap waspada terhadap prospek yang berkembang. Dalam beberapa bulan mendatang, FSB akan dengan hati-hati menganalisis peristiwa baru-baru ini untuk belajar darinya," tuturnya. 

Knot juga menjelaskan bahwa meskipun beberapa pekerjaan FSB lain mungkin perlu diprioritaskan ulang untuk menerapkan pelajaran dari gejolak perbankan, dewan tetap berkomitmen untuk memberikan pekerjaan pada aset kripto, non bank financial institutions (NBFI) dan perubahan iklim. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper