Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Direksi Tak Lengkap, Ekspansi Kredit Bank Sumut Terhambat

Bisnis.com, MEDAN - Jajaran direksi PT Bank Sumut yang hingga saat ini belum lengkap dinilai menghambat ekspansi kredit bank milik daerah Sumatra Utara tersebut.

Bisnis.com, MEDAN - Jajaran direksi PT Bank Sumut yang hingga saat ini belum lengkap dinilai menghambat ekspansi kredit bank milik daerah Sumatra Utara tersebut.

Sejak Juni 2012 Bank Sumut hanya dipimpin oleh dua direksi yakni Direktur Umum H.M. Yahya dan Direktur Pemasaran dan Syariah yang dijabat Zenilhar.

Adapun posisi Direktur Utama sudah kosong sejak Juni 2012 ketika masa jabatan Gus Irawan Pasaribu berakhir. Begitu pula dengan Direktur Kepatuhan yang awalnya dijabat Maranata Manik telah kosong sejak dia meninggal dunia Juni 2011 sebelum masa tugasnya berakhir.

Gubernur Gatot Pujo Nugroho sebagai pemegang saham pengendali (PSP) baru mengangkat satu direktur saat Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) Bank Sumut pada 28 Juni 2013. Jabatan Direktur Pemasaran kini dijabat oleh Ester Julia Ginting, dan Zenilhar menjabat Direktur Syariah.

Dosen Fakultas Ekonomi Institut Agama Islam Negeri Sumatra Utara Gunawan Benjamin mengatakan sejauh ini kredit Bank SUMUT didominasi oleh kredit konsumtif. Pembiayaan banyak disalurkan oleh masyarakat yang memiliki pendapatan tetap. 

Kenaikan inflasi, sambungnya, memang akan membuat debitur Bank SUMUT mengalami kesulitan dalam membayar cicilan. Namun, kondisi tersebut diperkirakan akan berlangsung sesaat.

Dia menilai kredit konsumsi Bank SUMUT menguasai 80%-90% dari total penyaluran kredit. Jumlah tersebut dinilai sangat minim kontribusinya terhadap sektor produktif di Sumut. 

Untuk itu, meskipun Bank Sumut merupakan Bank milik masyarakat Sumut, keterlibatannya dalam proses pengembangan sektor produktif kalah jauh dibandingkan bank-bank yang lain.

Di sisi lain, minimnya tenaga ahli untuk pengembangan kredit produktif seperti kredit komersial menuntut Bank Sumut agar lebih berperan dalam pembangunan ekonomi daerah. Sektor konsumer memiliki siklus hidup yang sangat bergantung dengan daya beli masyarakat Sumut. Sedangkan daya beli sangat bergantung dari sektor ril itu sendiri.

Gunawan menilai peran usaha rakyat di Sumut seharusnya bisa dimaksimalkan dengan meningkatkan peran Bank Sumut. Salah satunya dengan cara menjadi agen Bank Indonesia dalam penyaluran kredit program. Banyaknya kredit konsumsi yang diiringi dengan tingginya laju inflasi akan menambah beban debitur masyarkat Sumut.

"Harus ada diversifikasi. Namun, masalah internal organisasi seperti hanya ada 1 direktur definitif masih belum terselesaikan. Tentunya sulit berharap adanya ekspansi Bank Sumut kedepan nantinya, karena itu dulu masalah yang harus dituntaskan," paparnya kepada Bisnis, Rabu (14/8/2013).

Dia menambahkan seharusnya BI Kantor Wilayah IX Sumut dan Aceh lebih keras terhadap Bank Sumut agar menjadi Bank yang mampu menjadi penggerak roda perekonomian di Sumut.

KINERJA

Berdasarkan laporan keuangan Bank Sumut pada semester I/2013 yang dipublikasikan hari ini, Rabu (14/8/2013), Bank Sumut membukukan pertumbuhan laba bersih 72,97% seiring dengan kenaikan pendapatan. Laba bersih perseroan tercatat Rp311,49 miliar naik signifikan dari Rp180,08 miliar pada semester I/2012.

Kenaikan itu terjadi seiring dengan pertumbuhan pendapatan bunga bersih sebesar 28,25% menjadi Rp873,52 miliar dari Rp681,09 miliar.

Sementara itu, beban opersional selain bunga bersih naik tipis 5,61% menjadi Rp459,09 miliar dari Rp434,69 miliar. Sehingga, per Juni 2013 perseroan membukukan kenaikan laba operasional 68,19% menjadi Rp414,43 miliar dari Rp246,41 miliar.

Pada paruh pertama tahun ini, Bank Sumut menyalurkan kredit sebesar Rp14,7 triliun, naik 6,54% dari Rp13,79 triliun.

Rasio kredit bermasalah (non performing loan/NPL) gross berada pada level 3,7% dengan NPL net di level 1,8%. Adapun dana pihak ketiga (DPK) yang dihimpun tercatat Rp18,09 triliun, naik 20,35% dari Rp15,04 triliun.

Total aset perseroan tercatat Rp22,64 triliun dengan posisi kas dan setara kas Rp758,19 miliar. Biaya operasional terhadap pendapatan operasional (BOPO) tercatat berada pada level 69,97%, dan rasio pinjaman terhadap simpanan (loan to deposit ratio/LDR) 90,93%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Sukirno
Editor : Fatkhul Maskur

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper