Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Peluang Pembiayaan Ekspor untuk Industri Kelapa Masih Terbuka

Bisnis.com, JAKARTA — Sebanyak 53% kegiatan ekspor komoditas kelapa masih dilakukan dengan sumber modal individual. Kondisi tersebut menjadi peluang bagi masuknya sumber pembiayaan ekspor agar dapat mendorong kinerja ekspor. 
Ketua Dewan Direktur merangkap Direktur Eksekutif Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI) atau Indonesia Eximbank Sinthya Roesly memberikan penjelasan saat berkunjung ke kantor redaksi Bisnis Indonesia, di Jakarta, Senin (6/5/2019)./Bisnis-Dedi Gunawan
Ketua Dewan Direktur merangkap Direktur Eksekutif Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI) atau Indonesia Eximbank Sinthya Roesly memberikan penjelasan saat berkunjung ke kantor redaksi Bisnis Indonesia, di Jakarta, Senin (6/5/2019)./Bisnis-Dedi Gunawan

Bisnis.com, JAKARTA — Sebanyak 53% kegiatan ekspor komoditas kelapa masih dilakukan dengan sumber modal individual. Kondisi tersebut menjadi peluang bagi masuknya sumber pembiayaan ekspor agar dapat mendorong kinerja ekspor. 

Berdasarkan hasil studi Penelitian dan Pengembangan Ekonomika dan Bisnis (P2EB) Universitas Gadjah Mada (UGM), lebih dari separuh aktivitas ekspor perusahaan produsen kelapa masih mengandalkan modal sendiri sepenuhnya.

Selain itu, sebanyak 19% perusahaan mengandalkan sebagian dana dari pinjaman mitra kerja dan 40% perusahaan mengandalkan sebagian dana dari pinjaman bank. Sumber dari perbankan tersebut setidak terdiri dari empat pihak.

Sebanyak 71% pinjaman bank berasal dari bank umum, 5% dari bank daerah, dan 10% dari lembaga lain. Adapun, sumber dana dari Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI) atau Indonesia Eximbank tercatat sebesar 24%.

Wakil Direktur P2EB UGM Artidiatun Adji menjelaskan bahwa banyaknya pelaku usaha yang mengandalkan modal sendiri dalam aktivitas ekspor menandakan adanya kendala aksesibilitas terhadap pembiayaan ekspor.

Hal tersebut tergambar dari hasil studi bahwa terdapat empat hambatan bagi pelaku usaha untuk memperoleh akses pendanaan ekspor. Sebanyak 48% pelaku usaha menilai birokrasi yang ada terlalu rumit dan 39% menilai bunga pembiayaan terlalu tinggi. 

"35% menilai adanya kesulitan memperoleh jaminan atau kolateral dan 15% pelaku usaha kesulitan mengajukan kredit. Kondisi ini perlu diatasi untuk meningkatkan ekspor, ini pun menjadi peluang bagi masuknya sumber pembiayaan," ujar Artidiatun dalam gelaran Indonesia Export Roundtable (IER), Senin (14/10/2019) di Jakarta.

Dalam kondisi tersebut, sebanyak 33% pelaku usaha menilai bantuan dari pemerintah yang diperlukan untuk menggenjot ekspor kelapa adalah dukungan pendanaan berupa pinjaman ekspor. Selain itu, dukungan lainnya di antaranya berupa perluasan akses pasar, penyederhanaan prosedur dan perizinan ekspor, serta insentif pajak.

Direktur Eksekutif LPEI Shintya Roesly menjelaskan bahwa dukungan pembiayaan dapat mendorong kinerja ekspor kelapa, komoditas yang pertumbuhan ekspornya tidak begitu signifikan karena merupakan salah satu industri telah telah 'matang'.

Dia pun menjabarkan bahwa pihaknya selaku lembaga pemerintah yang bertugas mendorong pelaksanaan kegiatan pembiayaan ekspor nasional akan turut mendorong pembiayaan ekspor kelapa, yang saat ini sebagian masih berasal dari modal pribadi para pelaku usaha. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper