Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bunga Tinggi, Bank Mencoba Mengikis Deposito

Sejumlah bank menjaga dengan ketat pertumbuhan dana murah agar tidak mengganggu rentabilitas. Hal itu dilakukan dengan mengikis deposito yang memiliki bunga tinggi. 

Bisnis.comJAKARTA — Sejumlah bank menjaga dengan ketat pertumbuhan dana murah agar tidak mengganggu rentabilitas. Hal itu dilakukan dengan mengikis deposito yang memiliki bunga tinggi.

Direktur Konsumer PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. Anggoro Eko Cahyo mengatakan bahwa tidak semua bank mencatat dominasi deposito pada pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK). Pasalnya menjaga rentabilitas juga tidak kalah penting dibandingkan dengan menjaga kemampuan memenuhi kewajiban jangka pendek.

BNI tahun ini menjaga dengan ketat rasio curent account saving account (CASA) sebesar 65%. Satu hal yang dilakukan bank adalah agresif melakukan program retensi nasabah di semua wilayah, utamanya di kantong-kantong sumber dana. 

“Kami juga lakukan program akuisisi terhadap nasabah-nasabah pemilik dana yang masih gamang menetapkan bank pilihannya,” kata Direktur Konsumer BNI Anggoro Eko Cahyo kepada Bisnis, Senin (21/10/2019).

Senada, PT Bank Mayapada Internasional Tbk. tahun ini menekan pertumbuhan deposito . Hingga September 2019, dana mahal bank hanya naik 1,39% secara tahunan (year-on-year/yoy) menjadi Rp54,98 triliun.

Sementara itu, pada periode yang sama dana pihak ketiga (DPK) perseroan tumbuh 9,45% yoy. Hal ini utamanya disokong oleh tabungan yang melesat 38,27% yoy.  

Direktur Utama Mayapada Haryono Tjahrijadi menjelaskan bahwa hal itu sesuai dengan strategi bank untuk meningkatkan rasio dana murah (current accounts savings account/CASA). Bank setidaknya menargetkan dana murah berkontribusi di atas 30% pada penghujung tahun. 

Berdasarkan laporan publikasi, sejak awal tahun Mayapada terbilang agresif meningkatkan rasio CASA . Pada kuartal III/2019, emiten bersandi MAYA ini membukukan rasio dana murah sebesar 27,6%, lebih tinggi dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu, 21,9%.

Kendati demikian realisasi tersebut masih di bawah rata-rata industri. Mengutip data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dana murah bank berkontribusi 54,8% terhadap portofolio DPK.

Haryono melanjutkan bahwa Mayapada tidak terlampau agresif dalam perperangan perebutan deposito. Bank selalu menyesuaikan suku bunga deposito sesuai dengan suku bunga acuan Bank Indonesia.

Sejauh ini bank telah menurunkan suku bunga deposito sebesar 10 basis poin (bps) hingga 30 bps pada paruh kedua 2019. Pada periode yang sama industri telah mengikis suku bunga dana sebesar 13 bps hingga 23 bps untuk deposito bertenor 1 hingga 6 bulan.

Menurut Haryono, dalam persoalan likuiditas, saat ini industri perbankan membutuhkan dana murah untuk menjaga kemampuan mencetak laba. Pasalnya margin bunga bersih (net interest margin/NIM) secara konsisten terkikis selama 20 bulan terakhir.

MAYA pun juga mencatatkan hal serupa. Pada kuartal II/2019 posisi NIM Mayapada 3,31%, turun dari periode yang sama tahun lalu 3,98%. Capaian tersebut melanjutkan tren negatif sejak tahun lalu.

Pada kuartal III/2019, Haryono mengatakan NIM cenderung telah membaik. Pada akhir tahun bank menargetkan posisi NIM akan naik menjadi sekitar 4% hingga 4,5%.

Hal senada juga disampaikan oleh PT Bank CIMB Niaga Tbk. Meskipun persaingan menghimpun dana di pasar masih ketat, bank memilih fokus mencari dana murah dan mengurangi ketergantungan kepada deposito.

Direktur Konsumer CIMB Niaga Lani Darmawan mengatakan bahwa mencari deposito membuat beban biaya dana membengkak. Emiten berkode BNGA ini pun hendak menurunkan portofolio deposito dan menjaga likuiditas dengan dana murah, atau giro dan tabungan. Perusahaan mengincar tutup tahun dengan rasio dana murah setidaknya 56%.

Berdasarkan Presentasi Analisis per kuartal II/2019, rasio CASA CIMB Niaga turun 223 basis poin (bps) dibandingkan periode yang sama tahun lalu, atau dari 56,12% menjadi 53,89%. Utamanya hal itu disebabkan oleh melambatnya pertumbuhan tabungan dan merosotnya portofolio giro.

Namun per Agustus 2019, kata, Lani, rasio dana murah telah naik menjadi sekitar 55%. "Naik turun tahun ini tapi masih sekitar 55%," tambahnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper