Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Author

Amin Nurdin

Senior Faculty Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia

Amin Nurdin adalah Senior Faculty Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia. Menyelesaikan pendidikan S1 di Universitas Diponegoro dan S2 di PPM Manajemen, dia merupakan trainer yang berpengalaman dengan background sebagai praktisi salah satu bank swasta terkenal di Indonesia.

Lihat artikel saya lainnya

Kredit Bank BUKU III Lesu, Saatnya Ekspansi ke Transaksi Online

Ketika pertumbuhan kredit Bank BUKU III tidak dapat diharapkan memberikan sumbangan pendapatan bunga, bank dapat melihat sisi lain dengan pemanfaatan teknologi untuk meningkatkan fee based income dari transaksi online.
Bank Berikan Keringanan Kredit Akibat Pandemik Covid/19
Bank Berikan Keringanan Kredit Akibat Pandemik Covid/19

Perubahan yang terjadi sebagai akibat dari dampak pandemi Covid-19 di antaranya adalah pertumbuhan ekonomi dunia yang melambat. Tidak terkecuali pertumbuhan ekonomi Indonesia. Data dari IMF per 25 Juni 2020, pertumbuhan ekonomi dunia diperkirakan negatif 4,9% dan angka ini lebih rendah 1.9 poin dari proyeksi yang dilakukan oleh lembaga yang sama pada April 2020.

Adapun pertumbuhan ekonomi Indonesia sendiri diprediksi berada pada kisaran negatif 0,3% atau lebih buruk 0.8 poin dari proyeksi IMF sebelumnya di angka positif 0,5%. Hal ini menunjukkan bahwa pemerintah harus melakukan terobosan baru untuk mempertahankan pertumbuhan ekonomi Indonesia, sehingga tidak berada pada zona negatif.

Upaya pemerintah saat ini sangat beragam, di antaranya adalah dengan melakukan berbagai macam relaksasi, termasuk relaksasi kredit yang bertujuan untuk membantu para pengusaha yang terkena dampak pandemi dan memiliki pinjaman di bank untuk menunda pembayaran bunga dan pokok melalui skema restrukturisasi kredit.

Selain itu pemerintah juga memberikan berbagai macam stimulus ekonomi yang tertuang dalam Perpu No. 1 Tahun 2020, yang kemudian ditetapkan sebagai undang-undang oleh DPR. Di dalamnya mengatur tentang penanganan Covid-19, bantuan sosial, stimulus ekonomi untuk UMKM dan koperasi serta antisipasi terhadap sistem keuangan.

Salah satu bentuk antisipasi terhadap sistem keuangan adalah dengan adanya kebijaksanaan restrukturisasi kredit, yang telah dilaksanakan dan sudah menjangkau 30% debitur dan sebagian besar adalah debitur UMKM.

Untuk memacu pertumbuhan kredit setelah dilakukan relaksasi dan restrukturisasi adalah dengan memberikan penempatan dana pemerintah kepada bank-bank pemerintah sebesar Rp30 triliun akan disusul dengan penempatan dana pada bank daerah dan juga bank-bank swasta lain untuk memacu bank-bank menyalurkan kredit, sehingga perekonomian dapat bergerak lagi.

Upaya pemerintah cukup serius dan juga diperkuat secara kelembagaan. Bagaimana pun sektor ekonomi kita masih bertumpu 90% dari pembiayaan yang dikeluarkan oleh industri perbankan atau jika pernyataan ini dibalik, perbankan akan tumbuh dengan baik bila sektor industri yang dibiayai juga tumbuh.

Adapun kondisi saat ini hampir semua sektor yang dibiayai perbankan mengalami penurunan signifikan, seperti perdagangan, pariwisata, perhotelan serta industri pengolahan.

Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) per Mei 2020, seluruh penyaluran kredit, baik kepada perusahaan maupun individu mengalami penurunan untuk semua jenis kredit, baik kredit modal kerja, kredit investasi maupun kredit konsumtif. Secara keseluruhan penyaluran kredit secara total tumbuh Rp5,6 triliun, tumbuh hanya 3,03% (yoy).

Bila melihat dari golongan jenis bank dari BUKU 1-4, yang turun paling signifikan adalah pertumbuhan kredit bank-bank BUKU III, di mana hanya tumbuh 0,57% yoy, sementara bank-bank BUKU I, II dan IV tumbuh masing-masing 5,23%, 5,43% dan 4,54% yoy.

Melihat ke belakang (2019), pertumbuhan kredit bank BUKU III juga melambat, turun 5,6% dibandingkan dengan 2018 dari Rp 1.828,71 triliun mennjadi Rp1.734,18 triliun (2019).

Hal ini dapat dilihat bahwa dari empat bank besar di kelompok ini, hanya Bank Mega yang kreditnya tumbuh signifikan, yaitu 25,47% dari Rp42,25 triliun pada 2018 menjadi Rp53,01 triliun pada 2019, sementara Bank BTN tumbuh hanya 6,26%, sedangkan Bank Permata tumbuh hanya 1,5% sepanjang 2019 menjadi Rp108,15 triliun dibandingkan tahun sebelumnya. Maybank Indonesia malah turun 10% dari Rp109,65 triliun pada 2018 menjadi hanya Rp98,53 triliun pada 2019.

Pada tahun tersebut bank-bank BUKU III rata-rata mengalami penurunan laba cukup signifikan, karena harus menanggung beban cadangan sebagai akibat kenaikan non performing loan (NPL) yang cukup tinggi. Tantangan yang dihadapi oleh bank-bank BUKU III tahun ini juga masih cukup berat.

Selain menurunkan tingkat suku bunga kredit untuk memacu pertumbuhan, juga aktivitas penagihan untuk menurunkan outstanding kredit yang tidak tertagih. Dua upaya ini diharapkan akan mampu menurunkan tingkat NPL, sehingga punya ruang tambahan untuk melakukan ekspansi kredit.

Bank juga dituntut berinovasi dalam produk-produk pinjaman yang menarik minat debitur di masa pandemi. Untuk itu bank dapat lebih agresif bekerjasama dengan perusahaan fintech atau online bisnis yang masih berkembang dan memberikan pinjaman dengan fitur inovatif.

Bank juga dituntut untuk memberikan edukasi kepada nasabah agar mampu memanfaatkan teknologi untuk proses bisnis dan khususnya nasabah UMKM agar mencatatkan transaksinya secara digital dan memudahkan bank untuk mengakses data yang sama dengan data yang dimiliki oleh debitur di segmen itu.

Tantangan lain adalah kesiapan sumber daya manusia menghadapi era digital. Meski semua bank BUKU III sudah melakukan investasi untuk mengembangkan teknologi dan sudah menerapkan model bisnis digital, belum semua SDM bank siap menghadapi perubahan ini.

Selain itu bank juga akan menghadapi tantangan berupa upaya meningkatkan pendapatan dari sumber-sumber yang lain. Ketika pertumbuhan kredit tidak dapat diharapkan memberikan sumbangan pendapatan bunga, bank dapat melihat sisi lain dengan pemanfaatan teknologi untuk meningkatkan fee based income dari transaksi e-commerce dan bisnis online yang saat ini tetap tumbuh meski dalam kondisi pandemi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Amin Nurdin
Editor : Sutarno
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper