Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

BNI Syariah Ajukan Penempatan Uang Negara Rp3 Triliun

Nantinya, uang negara yang ditempatkan sebagai bagian dari program PEN tersebut akan digunakan untuk antisipasi dan mengurangi dana-dana yang lebih mahal.
Nasabah menunggu ppelayanan di kantor cabang di Jakarta, Senin (2/3/2020). Bisnis/Abdurachman
Nasabah menunggu ppelayanan di kantor cabang di Jakarta, Senin (2/3/2020). Bisnis/Abdurachman

Bisnis.com, JAKARTA -- PT Bank BNI Syariah telah mengajukan penempatan uang negara senilai Rp3 triliun yang rencananya akan diberikan pada 25 September 2020 mendatang.

Corporate Secretary PT Bank BNI Syariah Bambang Sutrisno mengatakan jumlah dana yang kemungkinan akan ditempatkan pada perseroan masih tergantung dengan persetujuan dari pemerintah.

Nantinya, uang negara yang ditempatkan sebagai bagian dari program pemulihan ekonomi nasional (PEN) tersebut akan digunakan untuk antisipasi dan mengurangi dana-dana yang lebih mahal.

Adapun per Agustus 2020 pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) Bank BNI Syariah adalah sebesar 16,8 persen dengan pembiayaan terkontraksi 1 persen. Porsi dana murah di BNI Syariah masih mendominasi dari total penghimpunan dana yakni sebesar 67 persen.

Selain untuk mengganti dana mahal, penempatan uang negara tersebut juga bertujuan untuk mengantisipasi kondisi perekonomian dan mencari spread atas penempatan.

"Tujuan PEN adalah antisipasi ketika kondisi ekonomi sudah membaik, mengganti dana mahal, dan mencari spread dari penempatan. Bukan untuk mendorong ekspansi pembiayaan saat ini," katanya kepada Bisnis, Senin (21/9/2020).

Meskipun demikian, BNI Syariah telah memetakan pembiayaan yang akan disalurkan atas penempatan uang negara tersebut. Nantinya, perseroan akan lebih cenderung menyalurkan pembiayaan ke segmen konsumer.

Sementara itu, untuk segmen komersial, tidak menjadi proyeksi penyaluran pembiayaan karena memiliki spread yang terlalu tipis dengan bunga dana.

Apalagi, perhitungan spread tersebut belum ditambah dengan premi risiko yang harus disiapkan. Penyaluran pun akan tidak terlalu fokus ke komersial untuk dana yang bersumber dari penempatan uang negara tersebut.

"Dalam kondisi seperti ini belum [menggenjot pembiayaan] karena harus lebih selektif dalam asesmen risiko," sebutnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper