Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Aset Kripto untuk Diversifikasi Portofolio, Ini Tips dari Safir Senduk

Salah satu hal utama yang patut dilakukan adalah mempelajari seluk beluk aset kripto secara komprehensif.
Ilustrasi perdagangan Bitcoin./Istimewa
Ilustrasi perdagangan Bitcoin./Istimewa

Bisnis.com, JAKARTA – Aset-aset kripto dapat menjadi pilihan masyarakat untuk melakukan diversifikasi investasi. Meski demikian, sejumlah hal perlu diperhatikan sebelum investor memutuskan menanamkan dananya pada aset ini.

Menurut Pakar Perencana Keuangan Safir Senduk, masyarakat sebaiknya memperhatikan sejumlah hal sebelum memutuskan untuk melakukan diversifikasi investasi pada aset kripto. Salah satu hal utama yang patut dilakukan adalah mempelajari seluk beluk aset kripto secara komprehensif.

“Kita harus pelajari jenis-jenis asetnya, seperti Bitcoin, Ethereum dan lainnya. Seperti apa kelebihan dan kekurangannya. Pelajari juga teknologi dibalik aset kripto yang disebut blockchain,” jelas Safir dalam sesi webinar peluncuran layanan aset kripto oleh Treasury, Kamis (3/6/2021).

Kemudian, masyarakat sebaiknya menggunakan uang dingin atau idle money untuk berinvestasi pada aset kripto. Adapun uang dingin adalah uang yang tidak dimaksudkan untuk keperluan tertentu atau mendesak.

Menurut Safir, penggunaan uang dingin untuk membeli aset kripto sangat tepat digunakan. Selain belum adanya alokasi penggunaan dana, hal ini juga dapat mengurangi kekhawatiran investor apabila harga aset kripto mengalami pelemahan.

Selanjutnya, Safir merekomendasikan para investor untuk masuk ke aset kripto saat harganya sedang murah. Ia mengatakan, apabila investor telah mempelajari aset-aset kripto secara komprehensif, maka mereka dapat menentukan sendiri entry level yang tepat untuk sebuah aset kripto.

“Selain itu, sebaiknya pembelian aset kripto dilakukan sedikit-sedikit. Kalau harganya turun, usahakan terus membeli. Hal ini agar kita mendapat rerata harga yang rendah saat masuk,” jelasnya.

Terakhir, Safir mengingatkan kepada masyarakat untuk tidak hanya mengikuti tren terkini saja atau Fear of Missing Out (FOMO). Menurut Safir, masih banyak masyarakat Indonesia yang masuk ke aset kripto hanya karena harganya sedang tinggi atau sekadar ikut-ikutan.

Hal tersebut, lanjutnya, berimbas pada tingginya kerugian yang ditanggung oleh para investor. Untuk itu, ia menekankan kepada masyarakat untuk mempelajari aset-aset kripto terlebih dahulu sebelum berinvestasi.

“Jangan hanya ikut-ikutan saja, masyarakat juga harus cerdas dalam memilih aset untuk diversifikasi agar mendapat return yang optimal,” pungkasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper