Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Amartha Buktikan Fintech P2P Lending Indonesia 'Menggoda' Banyak Investor

Salah satu resep kenapa banyak investor 'kepincut' ikut mendanai borrower pelaku UMKM pedesaan, salah satunya karena dampak sosial atas komitmen platform untuk ikut mendorong digitalisasi sektor informal.
Amartha finance/
Amartha finance/

Bisnis.com, JAKARTA - PT Amartha Mikro Fintek (Amartha) berhasil membuktikan bahwa industri teknologi finansial peer-to-peer (fintech P2P) lending di Indonesia menarik buat investor mancanegara.

Terutama, untuk menjadi pendana institusi (super lender), yang melalui bantuan platform P2P lending akan mengarahkan asetnya menjadi penyaluran pinjaman ke segmen-segmen peminjam (borrower) produktif di Indonesia.

Dalam hal ini, Amartha mengkhususkan diri mengakomodasi segmen borrower yang membutuhkan pinjaman kolektif untuk UMKM secara digital, terutama bagi kaum wanita yang tinggal di daerah pedesaan.

Founder & CEO Amartha Andi Taufan Garuda Putra menjelaskan bahwa merapatnya banyak investor dari dalam dan luar negeri, merupakan buah komitmen pihaknya dalam menggarap segmen tersebut, yang bertujuan mendorong pemberdayaan perempuan dan kelestarian lingkungan.

"Hal ini menarik banyak perhatian dan minat dari 'impact funds' atau 'green funds' dari luar negeri untuk berpartisipasi pada bisnis yang berorientasi pada penciptaan dampak sosial dan sustainability, khususnya dalam konteks memberdayakan dan mendigitialisasi pengusaha perempuan di pedesaan Indonesia," jelasnya kepada Bisnis, Senin (7/6/2021).

Terbukti, super lender yang berhasil digandeng, antara lain Lendable Inc, Norwegian Investment Fund for Developing Countries atau Norfund, serta lembaga keuangan lokal jumbo seperti Bank BRI, Bank Mandiri, Bank Jatim, Bank Permata, Bank Ganesha, Indosurya, dan masih banyak lagi.

"Secara tahunan, perbandingan lender di Amartha, 55 persen dari Institusi dan 45 persen lender retail. Amartha telah dan terus membuka kerja sama dengan perbankan dan lembaga keuangan dari dalam maupun luar negeri untuk menyalurkan pendanaan dengan skema channeling," tambahnya.

Taufan mengungkap bahwa salah satu resep kenapa banyak investor 'kepincut' ikut mendanai borrower pelaku UMKM pedesaan di Amartha, salah satunya karena dampak sosial atas komitmen platform untuk ikut mendorong digitalisasi sektor informal.

Misalnya, dari sisi menciptakan produk keuangan yang sederhana dan mudah dimengerti peminjam. Selain itu, mengurangi biaya transaksi dengan menghadirkan layanan keuangan digital di tempat tinggal pengguna, termasuk dengan cara mengakomidasi fasilitasi agen di lapangan.

Terakhir, membangun tim yang ikut mengurangi barrier of access yang tidak hanya dipengaruhi oleh faktor geografis, tetapi juga faktor pengetahuan dan infrastruktur digital.

Tim ini memberikan pendampingan usaha secara langsung dan sempat memberikan saran usaha alternatif bagi Mitra yang usahanya terdampak di tengah pandemi Covid-19. Harapannya, mereka bisa memulai usaha baru atau mengembangkan usahanya lewat platform digital.

"Sehingga lebih dari sekedar layanan permodalan usaha, Amartha telah meluncurkan beragam produk keuangan digital lainnya untuk segmen ekonomi informal, seperti belanja borongan guna mengurangi biaya belanja bahan pokok Mitra Amartha. Selain itu, dukungan agen tim lapangan Amartha juga turut menjembatani proses adaptasi digital," tambahnya.

Resep berikutnya, yaitu terus memperketat monitoring portofolio, operasional, risiko dan audit. Tujuannya untuk menyaring calon Mitra Amartha dengan kualitas terbaik, sekaligus mempertahankan kualitas pinjaman yang sedang berjalan Mitra tetap baik.

"Terkait hal ini, Amartha telah memperbarui sistem credit scoring, dan menggabungkan penilaian kemampuan atau ability, kemauan atau willingness, dan history pengembalian pembayaran sebelum adanya pandemi Covid-19," jelasnya.

Amartha percaya bahwa dalam upaya memberdayakan dan mendigitalisai segmen ekonomi informal, dibutuhkan kolaborasi secara efektif dari berbagai stakeholder.

Harapannya, banyaknya lender retail maupun institusi dapat mempercepat tujuan Amartha untuk menciptakan kesejahteraan merata bagi masyarakat Indonesia.

"Saat ini masih ada 22 juta perempuan pengusaha mikro yang membutuhkan permodalan untuk memulai atau mengembangkan usaha mereka. Amartha di akhir 2021, mentargetkan untuk dapat memberdayakan 1 juta Mitra. Semakin banyak perempuan yang diberikan akses dan dilibatkan perekonomian dapat turut memberikan kontribusi pada kesejahteraan bangsa," tutupnya.

Sekadar informasi, Amartha telah berhasil menyalurkan lebih dari Rp3,7 triliun sejak berdiri, kepada 680.053 perempuan pengusaha mikro di lebih dari 18.900 desa yang tersebar di pulau Jawa, Sumatra, dan Sulawesi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Aziz Rahardyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper