Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

BI Optimistis Kredit Bank Terkerek hingga 7 Persen pada Kuartal II/2021

Penyaluran kredit perbankan masih mengalami kontraksi sebesar 4,13 persen secara tahunan (yoy) pada Maret 2021, dan 2,28 persen (yoy) pada April 2021
Karyawan merapikan uang di cash center Bank BNI, Jakarta, Selasa (11/2/2020). Bisnis/Himawan L Nugraha
Karyawan merapikan uang di cash center Bank BNI, Jakarta, Selasa (11/2/2020). Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA – Bank Indonesia (BI) memperkirakan kredit perbankan mengalami peningkatan pada kuartal II/2021. Menurut BI, peningkatan tersebut akan sejalan dengan peningkatan pertumbuhan ekonomi, perbaikan kinerja korporasi, serta melonggarnya indeks lending standard (ILS) dari perbankan.

Gubernur BI Perry Warjiyo memperkirakan kredit perbankan tumbuh sesuai prakiraan yaitu 5 sampai 7 persen. Perry menyebut pihaknya di Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) terus mendorong peningkatan kredit perbankan yang masih terkontraksi.

“Yang jadi fokus KSSK adalah tentunya untuk mendorong kredit agar yang sekarang masih kontraksi itu bisa meningkat. Kalau melihat dari survei perbankan terakhir di triwulan II ini, memang kemungkinan kredit itu positif. Maka itu yang mendasari kami memperkirakan kredit bisa tumbuh sekitar 5 sampai 7 persen,” ujar Perry dalam Rapat Kerja (Raker) bersama Komisi XI DPR RI di Kompleks Parlemen, Senayan, Senin (14/6/2021).

Dalam paparannya, Perry menjelaskan intermediasi perbankan masih mengalami kontraksi sebesar 4,13 persen secara tahunan (year-on-year/yoy) pada Maret 2021, dan 2,28 persen (yoy) pada April 2021. Hal tersebut terjadi di tengah kondisi likuiditas perbankan yang longgar.

Perry menilai sistem keuangan di sisi makroprudensial secara keseluruhan relatif terjaga. Rasio kecukupan modal (capital adequacy ratio/CAR) perbankan pada Maret 2021 tetap tinggi sebesar 24,05 persen.

Selain itu, Perry menyebut rasio kredit bermasalah (non-performing loan/NPL) tetap rendah yaitu 3,17 persen (bruto) dan 1,02 persen (neto).

Capital adequacy ratio-nya tinggi, NPL-nya relatif terjaga. Namun, isunya sekarang adalah bagaimana mendorong kredit perbankan yang tentunya menjadi fokus bersama KSSK,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Dany Saputra
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper