Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Tapering Dimulai Tahun Ini, Ekonom Sebut Polanya Berbeda dengan 8 Tahun Lalu

Jarak pelaksanaan tapering pada tahun ini dan kenaikan suku bunga yang pertama diproyeksi lebih lama dibandingkan tahun 2013.
Warga melintas di depan gedung bank central Amerika Serikat atau The Federal Reserve di Washington, Amerika Serikat, Rabu (31/7/2019). Bloomberg/Andrew Harrer
Warga melintas di depan gedung bank central Amerika Serikat atau The Federal Reserve di Washington, Amerika Serikat, Rabu (31/7/2019). Bloomberg/Andrew Harrer

Bisnis.com, JAKARTA - Ketua Federal Reserve (Fed) Jerome Powell menyatakan bahwa bank sentral Amerika Serikat (AS) tersebut dapat mulai menarik stimulus, atau tapering, di tahun ini seiring dengan pemulihan ekonomi di AS, Jumat (27/8/2021).

Dia meyakini kebijakan pengurangan pembelian aset oleh the Fed tahun ini berjalan seiring dengan pengawasan risiko terhadap Covid-19 yang terus berkembang.

Sementara untuk suku bunga acuan, kebijakan itu baru akan dilakukan setelah kembalinya perekomian ke tingkat lapangan kerja maksimum dan inflasi ke 2 persen sesuai dengan target The Fed.

Dengan demikian, Senior VP Economist Bank Permata Josua Pardede melihat pola dari tapering di masa pandemi Covid-19 ini akan berbeda dengan yang dilakukan pada 2013 silam.

“Bila berdasarkan dari paparan Powell, maka pola dari tapering pasca pandemi akan berbeda dengan pola pasca krisis 2008, terutama karena balance sheet dari The Fed yang masih cukup besar,” kata Josua, Minggu (29/8/2021).

Tidak hanya itu, dengan ancaman ketidakpastian akibat penyebaran varian Delta—yang juga kembali menyebabkan eskalasi kasus Covid-19 di AS—Josua memperkirakan The Fed akan lebih berhati-hati dalam memulai normalisasi tingkat suku bunga.

Terkait dampak terhadap rupiah, Josua memperkirakan rupiah cenderung menguat terbatas jika mempertimbangkan tren pelemahan dollar index (DAX) dan yield US Treasury (UST) pada penutupan perdagangan AS Jumat lalu (27/8/2021), seiring dengan proyeksi perbedaan suku bunga yang cenderung masih lebar antara Indonesia dan AS.

“Selain itu, jangka waktu pelaksanaan tapering dan kenaikan suku bunga yang pertama yang diproyeksi lebih lama dibandingkan tahun 2013 yang lalu,” kata Josua.

Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (CORE) Mohammad Faisal menilai pernyataan Powell untuk melakukan tapering lebih dini dari pernyataan sebelumnya yaitu di awal tahun depan, bisa mempengaruhi pasar.

“Saya rasa ini patut diantisipasi, karena biasanya rencana atau statement saja ini bisa mempengaruhi pasar uang dan pasar modal. Sehingga investor ini biasanya bereaksi terhadap statement, terutama pada saat betul-betul dilakukan peningkatan suku bunga,” kata Faisal, Minggu (29/8/2021).

Dampak yang akan ditimbulkan kebijakan moneter AS ini, tambah Faisal dapat berbentuk pelemahan nilai tukar atau capital outflow. Namun, dia memperkirakan dampak dari tapering tahun ini akan lebih bersifat short-term, atau berjangka pendek.

Pasalnya, Faisal menilai The Fed akan memulai proses tapering secara perlahan dan bertahap. Di sisi lain, menurutnya Bank Indonesia (BI) pasti akan menyiapkan respons terhadap kebijakan tersebut, di antaranya dengan melakukan stabilisasi nilai tukar rupiah.

“Saya rasa masih relatif aman. Apalagi memperkirakan cadangan devisa yang dimiliki BI masih besar yaitu US$137 miliar atau setara 8,9 bulan impor,” jelasnya.

Sebelumnya, BI telah menyampaikan bahwa akan mengantisipasi pengetatan kebijakan moneter AS dengan mengadakan pengujian daya tahan atau stress test. Hal itu berperan sebagai simulasi untuk menghadapi sinyal kebijakan yang kini akan dimulai oleh bank sentral AS.

“Kami sepakat akan mengadakan stress test, simulasi untuk mengantisipasi tapering tersebut dan juga peningkatan kasus varian Delta yang berpotensi menahan inflow ke negara emerging,” kata Deputi Gubernur Senior BI Destry Damayanti pada rapat dengan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Rabu (25/8/2021).

Destry juga mengatakan bahwa pemulihan ekonomi global dibayangi risiko kebijakan pengurangan stimulus dengan normalisasi moneter di Amerika Serikat atau tapering off yang dilakukan The Fed.

Sepanjang tahun ini, kata Destry, data terbaru menujukkan inflow pasar keuangan domestik mencapai Rp21 triliun. Sepanjang bulan Agustus, angkanya Rp11,2 triliun.

“Jadi, sempat mereka keluar pada Juli, tetapi di Agustus, khususnya pasar obligasi terjadi inflow yang cukup besar,” jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Dany Saputra
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper