Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Tiga Indikator Ekonomi Ini Positif, BI Berpeluang Tahan Suku Bunga Acuan?

Bank Indonesia akan mengumumkan hasil Rapat Dewan Gubernur bulan ini pada 19 Januari 2022.
Tangkapan layar Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo saat memaparkan hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG BI)./Youtube Bank Indonesia.
Tangkapan layar Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo saat memaparkan hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG BI)./Youtube Bank Indonesia.

Bisnis.com, JAKARTA – Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia bulan ini berlangsung pada 18 dan 19 Januari 2022.

Pada 2022, BI telah menaikkan suku bunga acuan sebesar 200 basis poin hingga menjadi sebesar 5,5 persen, guna mengendalikan laju dan ekspektasi inflasi, serta mendukung stabilitas nilai tukar rupiah.

Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede memperkirakan BI akan mempertahankan suku bunga acuannya di tingkat 5,5 persen pada RDG bulan ini.

Keputusan ini menurutnya mempertimbangkan laju inflasi domestik yang cenderung terkendali hingga akhir 2022, serta tingkat inflasi inti yang terjaga di bawah 4 persen.

“Perkembangan inflasi pada akhir 2022 tercatat lebih rendah dari perkiraan dan tingkat inflasi inti masih terkendali di kisaran 3,4 persen,” katanya kepada Bisnis, Rabu (18/1/2023).

Sebagaimana diketahui, inflasi sepanjang 2022 tercatat sebesar 5,51 persen. Kenaikan ini terutama dipengaruhi oleh dampak dari penyesuaian harga BBM bersubsidi pada September 2022 lalu.

Penyesuaian harga BBM memicu kenaikan inflasi harga yang diatur pemerintah atau administered prices yang mencapai 13,34 persen pada akhir 2022.

Sementara inflasi harga bergejolak atau volatile food 2022 terkendali dengan tingkat sebesar 5,61 persen, sebagai hasil sinergi dan koordinasi kebijakan pengendalian inflasi pemerintah baik pusat maupun daerah, bersama dengan BI, dalam mendorong ketersediaan pasokan, kelancaran distribusi, dan kestabilan harga.

Di samping terkendalinya inflasi, Josua mengatakan bahwa kinerja dolar Amerika Serikat (AS) terhadap mata uang utama, cenderung terkoreksi sehingga mendorong penguatan rupiah. 

Josua juga menilai, rencana revisi kebijakan devisa hasil ekspor melalui PP No. 1/2019 dan pemberian insentif melalui operasi moneter valas BI akan mendorong keseimbangan supply dan demand valas di pasar domestik, sehingga mendukung stabilitas rupiah. 

Dia menambahkan, ekspektasi neraca transaksi berjalan yang diperkirakan mengalami surplus pada 2023 juga akan menjaga fundamental nilai tukar rupiah. 

Namun demikian, imbuhnya, BI ke depan masih memiliki ruang untuk menaikkan suku bunga acuan hingga 75 basis poin jika pasar keuangan Indonesia kembali tertekan.

“BI masih memiliki ruang untuk menaikkan suku bunga sekitar 50 hingga 75 basis poin hingga akhir tahun ini sekiranya risk-off sentiment di pasar keuangan global cenderung meningkat kedepannya,” jelas Josua.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Maria Elena
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper