Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

China Patroli, Taiwan Laporkan Ada 14 Pesawat dan 3 Kapal PLA

China mulai berpatroli di Selat Taiwan menjelang pertemuan Presiden Taiwan Tsai Ing-wen dengan Ketua DPR AS Kevin McCarthy. 
Bendera China /Bloomberg/ Getty Images
Bendera China /Bloomberg/ Getty Images

Bisnis.com, JAKARTA - China mulai berpatroli di Selat Taiwan menjelang pertemuan Presiden Taiwan Tsai Ing-wen dengan Ketua DPR AS Kevin McCarthy. 

Administrasi Urusan Maritim Provinsi Fujian di China timur melaporkan di akun WeChat resminya pada Rabu (5/4/2023). 

"Patroli dan inspeksi gabungan khusus dimulai hari ini di bagian tengah dan utara Selat Taiwan," kata badan itu, seperti dilansir dari TASS, Rabu (5/4/2023). 

Meski begitu, tidak ada rincian yang diberikan tentang kekuatan dan sumber daya yang terlibat dalam operasi patroli tersebut.

Sementara itu, Kementerian Pertahanan Taiwan telah melaporkan pendekatan 14 pesawat dan 3 kapal Tentara Pembebasan Rakyat China (PLA) di wilayah dekat pulau itu selama 24 jam terakhir.

"14 pesawat PLA dan 3 kapal PLAN di sekitar Taiwan terdeteksi pada pukul 6 pagi (1 pagi waktu Moskow) hari ini," lanjut lembaga itu.

Menurutnya, 2 pesawat telah melintasi garis tengah Selat Taiwan dan memasuki zona identifikasi pertahanan udara pulau itu. 

Kementerian itu menyatakan bahwa kendaraan yang mendekat tersebut adalah drone pengintai BZK-005 dan pesawat Y-8. 

"Angkatan Bersenjata ROC telah memantau situasi dan menugaskan pesawat CAP, kapal Angkatan Laut, dan sistem rudal darat untuk menanggapi kegiatan ini," tambahnya. 

PLA secara teratur berpatroli di perairan dekat Taiwan dalam beberapa bulan terakhir. Ketegangan di Selat Taiwan meningkat setelah mantan Ketua DPR AS Nancy Pelosi melakukan kunjungan ke Taipei Agustus lalu. 

China menganggap kunjungan semacam itu sebagai bentuk provokasi dan campur tangan dalam urusan dalam negerinya.

Taiwan telah diperintah oleh pemerintahannya sendiri sejak tahun 1949, ketika sisa-sisa pasukan Kuomintang yang dipimpin oleh Chiang Kai-shek (1887-1975) melarikan diri ke sana setelah kekalahan mereka dalam Perang Saudara Tiongkok. 

Pejabat Beijing menganggap Taiwan sebagai Provinsi Republik Rakyat China dan mendesak negara-negara asing untuk mematuhi kebijakan satu-China. Washington tetap menjadi pemasok senjata dan peralatan militer terbesar di Taipei.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper