Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Gokil! Simpanan Nasabah Tajir di RI Tumbuh Paling Pesat

LPS mengungkapkan jumlah simpanan nasabah tajir di Indonesia tumbuh paling pesat. Kok bisa?
Karyawan membersihkan logo Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) di Jakarta, Jumat (10/7/2020). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Karyawan membersihkan logo Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) di Jakarta, Jumat (10/7/2020). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA - Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) mencatat nominal simpanan nasabah tajir atau di atas Rp5 miliar tumbuh paling kencang dibandingkan nominal simpanan lainnya di Indonesia. Hal itu didorong oleh sejumlah faktor.

Ketua Dewan Komisioner LPS Purbaya Yudhi Sadewa mengatakan per Maret 2023, pertumbuhan simpanan nasabah tajir ini tumbuh 9,6 persen secara tahunan (year-on-year/yoy) menjadi Rp4.281 triliun.

Pertumbuhannya mengalahkan tiering nasabah lainnya, seperti simpanan nasabah di bawah Rp100 juta yang tumbuh hanya 3,6 persen yoy dan simpanan nasabah dengan nominal Rp100 sampai Rp200 juta hanya tumbuh 3,1 persen yoy.

"Ternyata dari golongan nasabah ini tumbuh paling cepat. Dibandingkan tiering lainnya seperti di bawah Rp100 juta, hanya tumbuh sedikit," katanya dalam konferensi pers Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) pada Senin (8/5/2023).

Nilai simpanan nasabah tajir juga mendominasi. Per Maret 2023, tercatat nominal simpanan nasabah tajir mencakup 53,2 persen total simpanan yang mencapai Rp8.045 triliun.

Sebelumnya, Purbaya telah mengungkapkan bahwa pesatnya pertumbuhan simpanan nasabah kaya itu disebabkan sejumlah faktor.

"Kalau kita lihat trennya tumbuhnya kencang, mungkin mereka [nasabah kaya] agak takut dengan prospek ekonomi ke depan, karena sebelumnya banyak yang ngomong kita akan jatuh, akan resesi segala macam," kata Purbaya dalam acara peluncuran Bloomberg Technoz, Maret lalu (2/3/2023). 

Kekhawatiran akan resesi itu membuat nasabah kaya banyak memupuk dananya di bank.

"Harusnya ketika keadaan tidak seburuk itu, simpanan [nasabah kaya] akan menurun, karena mereka memanfaatkan dananya untuk ekspansi lagi," ujar Purbaya.

Sementara itu, Senior Faculty Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) Amin Nurdin mengatakan pertumbuhan simpanan nasabah kaya itu menandakan ketertarikan dalam mengamankan uang di deposito.

"Orang cenderung menahan investasi dan menyimpan dalam instrumen deposito," ujarnya kepada Bisnis pada Rabu (19/10/2022).

Hal ini terjadi di tengah tren kenaikan suku bunga perbankan. Menurutnya, ketertarikan dapat gain dari special interest menjadi pertimbangan. 

Suku bunga acuan BI memang sempat dalam tren peningkatan sejak pertengahan tahun lalu hingga awal tahun ini. Kemudian, suku bunga acuan BI tertahan tiga bulan berturut-turut pada awal tahun. Dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada 17-18 April 2023, BI memutuskan menahan suku bunga acuan di level 5,75 persen.

Direktur Kepatuhan PT Bank Oke Indonesia Tbk. (DNAR) Efdinal Alamsyah juga mengatakan suku bunga acuan BI memang menjadi faktor yang menarik bagi nasabah untuk menyimpan dana di bank.

"Suku bunga seringkali menjadi faktor yang sangat berpengaruh, khususnya untuk nasabah besar atau institusi," katanya kepada Bisnis beberapa waktu lalu.

Meski begitu, ada faktor yang lain yang memengaruhi nasabah, seperti faktor layanan dan produk. Dia meilai hal itu juga menjadi hal yang harus diperhatikan. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper