Bisnis.com, JAKARTA – Fintech diharapkan bisa mendongkrak inklusi keuangan di Indonesia, terutama menjangkau masyarakat yang unbankable. Nah, hasil Survei Nasional Literasi Keuangan 2019 sudah keluar, dari hasil itu kira-kira seberapa besar peran fintech mendongkrak inklusi keuangan Indonesia?
Survei yang dilakukan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) ini menunjukkan bahwa indeks literasi keuangan mencapai angka 38,03% atau naik 16,19% dan indeks literasi keuangan 76,19% atau naik 16,45% dari periode survei pada SNLK 2013.
Adapun pemerintah sebelumnya memasang target literasi keuangan dapat menembus angka 35% dan 75% untuk target inklusi keuangan pada 2019.
Dalam indeks literasi keuangan nasional berdasarkan sektor jasa keuangan, perbankan masih unggul 36,12% dibanding dengan perasuransian yang berada di urutan kedua dengan angka 19,40%, pergadaian 17,81%, dan lembaga pembiayaan 15,17%.
Hal yang sama juga muncul dalam indeks inklusi keuangan nasional berdasarkan sektor jasa keuangan. Perbankan memuncaki posisi teratas dengan persentasi 73,88%, meninggalkan lembaga pembiayaan dengan persentase 14,56%.
Hasil survei SNLK yang ketiga kalinya ini mencakup 12.773 responden dari 34 provinsi dan 67 kabupaten maupun kota dengan klaster responden desa-kota 50:50 dan pria-wanita 50:50. Metode sampling yang digunakan adalah multi-stage stratified random sampling.
Jumlah responden kali ini lebih banyak dibandingkan dengan SNLK 2013 yang mengambil 8.000 responden dan SNLK 2016 dengan 9.680 responden.
Berdasarkan starta wilayah, indek literasi dan inklusi keuangan untuk perkotaan mencapai 41,41% dan 83,6%, sedangkan indeks literasi dan inklusi keuangan untuk perdesaan 34,53% dan 68,49%
Mengacu pada ragam gender, indeks literasi dan inklusi keuangan laki-laki mencapai 39,94% dan 77,24%, sedangkan indeks literasi dan inklusi keuangan perempuan 36,13% dan 75,15%.
Persentase Pemanfaatan Tekfin di Indonesia
Survei SNLK 2019 sedikit berbeda dengan dua survei pada dua periode sebelumnya. Pasalnya, survei kali ini juga berusaha mencari tahu sampai sejauh mana penetrasi layanan teknologi finansial (tekfin) ke masyarakat luas.
Hasilnya, dari 12.733 responden SNLK 2019, ada 4.536 responden yang mengetahui layanan tekfin. Namun, hanya 31,26% responden tersebut mengaku pernah menggunakan layanan tekfin.
Dari angka itu, sebanyak 66,6% responden mengaku menggunakan tekfin untuk sistem pembayaran, untuk pinjaman online 27,4%, dan asuransi online 9,9%.
Lalu responden yang menggunakan tekfin untuk membandingkan produk atrau jasa keuangan online (agregator) berjumlah 9,1%, mencari bantuan perencanaan keuangan 7,3%, untuk membuka rekening saham online 4,6%, dan investasi online 4,3%.
Kemudian responden yang mengetahui namun tidak menggunakan layanan tekfin mencapai 68,74%. Dari angka itu, sebanyak 52,7% responden mengaku tidak butuh, 39,2% tidak mengerti, 37,4% tidak percaya, dan 13,6% mengaku bahwa biayanya sangat mahal.
Meski tahu apa itu tekfin, ada 5,5% responden tidak menggunakan layan dengan alasan tidak punya handphone atau smartphone, 3,7% karena tidak ada internet, dan 0,4% responden merasa ribet.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel