Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

PSBB III DKI Jakarta Lanjut atau Tidak, Berikut Faktanya

PSBB tahap III DKI Jakarta berakhir hari ini, akankah Gubernur Anies malanjutkan PSBB tahap IV? Berikut faktanya.
Laboratorium satelit Covid-19 di dalam kontainer yang berlokasi di Rumah Sakit Khusus Daerah (RSKD) Duren Sawit./Instagram @labkesdadki
Laboratorium satelit Covid-19 di dalam kontainer yang berlokasi di Rumah Sakit Khusus Daerah (RSKD) Duren Sawit./Instagram @labkesdadki

Bisnis.com, JAKARTA - Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan akan menentukan apakah era Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) Jakarta di tengah pandemi Covid-19, akan berlanjut atau berakhir pada hari ini, Kamis (4/6/2020) pukul 12.00 WIB.

Sejak PSBB pertama Jumat (10/4/2020) dilanjutkan PSBB Jilid II yang berlangsung selama 4 minggu, hingga PSBB Jilid III yang berangsung mulai Jumat (22/5/2020) hingga hari ini, banyak kemajuan yang diraih Jakarta, walaupun belum optimal sepenuhnya.

Catatan statistik, entah baik atau buruk, yang diungkap Gugus Tugas Percepatan Penanggulangan Covid-19 DKI Jakarta dalam laman corona.jakarta.go.id mengungkapkan banyak hal menarik selama PSBB III.

Berikut Bisnis rangkum beberapa di antaranya, sesuai standar pemerintah pusat yang diungkap Menteri PPN/Kepala Bappenas Suharso Monoarfa dalam merekomendasikan pelonggaran PSBB kepada suatu daerah:

Angka Reproduksi Efektif (Tidak Terpenuhi)

Indikator wajib di ranah epidemiologi untuk menentukan apakah suatu daerah dinyatakan aman untuk beraktivitas dengan pembatasan minimal, yakni reproduction number (Rt).

Angka Rt merupakan tingkat orang yang tertular dari satu orang positif Covid-19. Sebagai contoh, apabila angka Rt = 2, berarti satu pasien berpotensi menulari rata-rata dua orang, Rt = 3 berarti satu pasien berpotensi menulari rata-rata tiga orang, dan seterusnya.

Sesuai saran WHO, pemerintah pusat menyebut sanggup memberikan pelonggaran PSBB apabila angka reproduksi efektif berada di bawah angka 1 selama dua pekan.

Dalam laman www.thebonza.com milik perusahaan analisis big data Bonza Teknologi Indonesia, DKI Jakarta kini memiliki angka 1,01 per 3 Juni 2020. Sebelumnya, Anies pernah mengungkap bahwa Jakarta pernah menyentuh angka Rt = 4 di kisaran Maret 2020.

Dalam dua minggu terakhir, angka Rt Jakarta ini berturut-turut:

22 Mei 2020 = 0,97

23 Mei 2020 = 0,98

24 Mei 2020 = 0,99

25 Mei 2020 = 0,99

26 Mei 2020 = 1,00

27 Mei 2020 = 1,02

28 Mei 2020 = 1,05

29 Mei 2020 = 1,08

30 Mei 2020 = 1,08

31 Mei 2020 = 1,07

1 Juni 2020 = 1,05

2 Juni 2020 = 1,01

3 Juni 2020 = 1,01

Artinya, Jakarta sebenarnya nyaris memenuhi persyaratan ini apabila angka Rt-nya tak kembali naik di hari-hari terakhir bulan Mei 2020 selama era PSBB Jilid III.

covid-19
covid-19

Penambahan Kasus Harian (Tidak Terpenuhi)

Pertambahan kasus setiap hari merupakan salah satu indikator epidemiologi lainnya di samping angka Rt.

Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) sekaligus Ketua Gugus Tugas Covid-19 Doni Monardo menyebut persyaratan umum untuk pelonggaran PSBB terkait tren kasus harian, yakni adanya penurunan kasus baru minimal 50 persen sejak titik puncak selama dua minggu terakhir.

Menilik laman corona.jakarta.go.id, Jakarta memiliki puncak penambahan kasus harian tertinggi, yakni sejumlah 223 kasus pada 16 April 2020. Sementara tren kasus harian dalam dua minggu terakhir, yaitu:

22 Mei 2020 = 96

23 Mei 2020 = 127

24 Mei 2020 = 118

25 Mei 2020 = 67

26 Mei 2020 = 61

27 Mei 2020 = 137

28 Mei 2020 = 103

29 Mei 2020 = 124

30 Mei 2020 = 98

31 Mei 2020 = 121

1 Juni 2020 = 111

2 Juni 2020 = 76

3 Juni 2020 = 83

Artinya, dalam dua minggu terakhir, masih ada beberapa hari di mana angka tren penambahan kasus Jakarta masih terbilang tinggi di atas persyaratan. Rata-rata penambahan kasus baru selama PSBB Jilid III pun masih berada di angka 101,6 kasus.

rt dki
rt dki

Kapasitas RS (Terpenuhi)

Doni Monardo setelah menghadiri Ratas bersama Presiden RI, Rabu (27/5/2020) sempat mengungkap bahwa data okupansi rumah sakit rujukan Covid-19 di Jakarta menunjukkan tren membaik.

"Okupansi di Jakarta semula pada 17 Mei tercatat 54,3 persen, pada saat ini telah turun sebanyak 7,4 persen menjadi 46,9 persen. Artinya jumlah tempat tidur yang menjadi RS rujukan Covid-19 telah kurang dari 50 persen," ungkapnya.

Menurut standar WHO, suatu daerah bisa mulai melakukan pelonggaran apabila tingkat okupansi RS ini telah berada di bawah 60 persen. Hal ini, karena sisa kapasitas RS di suatu daerah harus cukup pula untuk melayani pasien di luar Covid-19.

Menilik laman corona.jakarta.go.id, jumlah pasien Covid-19 yang dirawat di RS pada 27 Mei 2020 adalah 2.034 pasien. Berikut perinciannya dalam dua minggu terakhir:

22 Mei 2020 = 1.975

23 Mei 2020 = 2.006

24 Mei 2020 = 2.031

25 Mei 2020 = 2.044

26 Mei 2020 = 2.044

27 Mei 2020 = 2.034

28 Mei 2020 = 2.055

29 Mei 2020 = 2.007

30 Mei 2020 = 1.848

31 Mei 2020 = 1.823

1 Juni 2020 = 1.794

2 Juni 2020 = 1.743

3 Juni 2020 = 1.699

Apabila menilik tren tersebut, memasuki bulan Juni 2020 di era PSBB III, tren pasien positif Covid-19 yang dirawat di RS di DKI Jakarta tampak turun, lebih rendah daripada 27 Mei 2020.

psbb dki
psbb dki

Situasi KRL Commuter saat pelaksanaan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) di DKI Jakarta./Antara

Kapasitas Tes (Terpenuhi)  

Suharso Monoarfa pada 21 Mei 2020 sempat menjelaskan bahwa Jakarta terbilang telah memiliki kapasitas tes laboratorium yang cukup.

WHO menyaratkan jumlah tes per 1 juta penduduk bisa mencapai 3.500 jika hendak melakukan pelonggaran PSBB. Adapun, kapasitas Indonesia masih sebanyak 1.838 tes per 1 juta penduduk pada 19 Mei 2020.

"Seperti yang diketahui, [secara nasional] masih rendah sekali. Yang menarik adalah di Jakarta sudah mencapai sekitar 5.500 per 1 juta penduduk," ujar Suharso.

Sebagai perbandingan, negara tetangga Malaysia mencatatkan angka 14.304 tes per 1 juta penduduk, Thailand 4.099, Vietnam 2.828, dan Filipina 2.238.

Selain itu, kapasitas tes di India sebanyak 1.744, sementara Brasil 3.462 tes per 1 juta penduduk.

Berikut tren pembuktian test untuk orang terduga Covid-19 baru dan spesimen yang dites di DKI Jakarta selama dua minggu terakhir:

22 Mei 2020 = 1.496 orang / 4.570 spesimen

23 Mei 2020 = 1.204 orang / 2.461 spesimen

24 Mei 2020 = 345 orang / 1.244 spesimen

25 Mei 2020 = 851 orang / 1.887 spesimen

26 Mei 2020 = 882 orang / 2.746 spesimen

27 Mei 2020 = 1.061 orang /3.121 spesimen

28 Mei 2020 = 1.183 orang / 3.744 spesimen

29 Mei 2020 = 1.854 orang / 3.153 spesimen

30 Mei 2020 = 1.295 orang / 3.524 spesimen

31 Mei 2020 = 1.607 orang / 2.502 spesimen

1 Juni 2020 = 1.008 orang / 1.956 spesimen

2 Juni 2020 = 1.135 orang / 1.380 spesimen

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Aziz Rahardyan
Editor : Nancy Junita
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper