Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Survei PwC: Optimisme Pebisnis AS Turun Paling Tajam

Sebuah survei yang dilakukan pada beberapa kepala eksekutif yang hadir dalam forum internasional World Economic Forum 2019 menunjukkan mereka menjadi jauh lebih pesimistis terhadap kondisi ekonomi global .
Bisnis.com, JAKARTA - Sebuah survei yang dilakukan pada beberapa kepala eksekutif yang hadir dalam forum internasional World Economic Forum 2019 menunjukkan mereka menjadi jauh lebih pesimistis terhadap kondisi ekonomi global .
Hasil survei PwC di Davos terhadap 1.400 CEO menemukan bahwa 29% dari delegasi yang hadir percaya ekonomi global akan melemah sepanjang tahun ini, enam kali lebih tinggi daripada persentase sejak 2012.
Optimisme turun paling rendah pada pelaku usaha AS dari 63% tahun lalu menjadi 37% akibat perang dagang dengan China dan perlambatan ekonomi dalam negeri.
Jumlah kepala eksekutif yang percaya bahwa pertumbuhan akan mengalami perlambatan meningkat di hampir seluruh kawasan. Hal ini menunjukkan bahwa mereka juga pesimis terhadap kapabilitas pertumbuhan pendapatan perusahaan mereka dalam jangka pendek maupun jangka menengah.
"[Survei] menujukkan kebalikan dari tahun lalu dan menggambarkan suasana yang suram hampir di seluruh dunia. Bersamaan dengan peningkatan ketegangan perdagangan dan proteksionisme, cukup beralasan jika kepercayan memudar," ujar Bob Moritz, Kepala Audit dan Akunting Global di PwC, seperti dikutip Reuters, Selasa (22/1).
International Monetary Fund pada Senin (21/1), memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi untuk 2019 dan 2020 akibat pelemahan di Eropa dan sebagian emerging market. Mereka juga menyebutkan kegagalan untuk menyelesaikan isu perdagangan dapat mengganggu stabilitas ekonomi global yang sudah melambat.
Kreditur global tersebut, yang telah merevisi proyeksinya sebanyak dua kali dalam tiga bulan terakhir, juga menyatakan pelemahan ekonomi China yang di luar ekspektasi dan kemungkinan no-deal Brexit akan menambah risiko pada perkiraan pertumbuhan ekonomi serta menyebakan gangguan pada pasar finansial.
Di sisi lain, penutupan pemerintahan Amerika Serikat secara parsial atau shutdown turut berkontribusi terhadap pelemahan ekonomi domestik.
Dampak dari sengketa perdagangan antara China dan Amerika Serikat, dua ekonomi terbesar dunia, turut menjadi kekhawatiran utama para pemimpin bisnis di beberapa negara.
Trump erjanji untuk meningkatkan tarif impor Cina senilai US$200 miliar pada 2 Maret 2019 jika China gagal mengatasi isu pencurian kekayaan intelektual, transfer teknologi paksa dan hambatan non-tarif lainnya.
Akibatnya, eksekutif China mendiversifikasi pasar mereka untuk meningkatkan pertumbuhan, dengan hanya 17% dari mereka masih memilih Amerika Serikat sebagai tujuan bisnis, atau turun dari 59% pada 2018.
"Australia nampaknya telah naik ke peringkat pertama, padahal tahun lalu tidak masuk ke 10 besar destinasi investasi China," tulis PwC dalam laporan hasil survei.
Ketika ditanya apa yang akan menjadi fokus mereka untuk mendorong pertumbuhan pendapatan sepanjang tahun ini, 77% dari kepala eksekutif mengatakan akan memberlakukan efisiensi operasional dan 71% lainnya memilih pertumbuhan organik.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Nirmala Aninda
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper