Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Polemik Liga Inggris yang Jadi Bumerang Penghentian Dirut TVRI Helmy Hahya

Program Liga Inggris menjadi 'monster content' yang membuat banyak penonton kini mulai menyaksikan tayangan TVRI seakan menjadi bumerang bagi mantan Direktur Utama TVRI Helmy Yahya.
Helmy Yahya dalam salah satu acara di televisi./Repro
Helmy Yahya dalam salah satu acara di televisi./Repro

Bisnis.com, JAKARTA - Program Liga Inggris menjadi 'monster content' yang membuat banyak penonton kini mulai menyaksikan tayangan TVRI seakan menjadi bumerang bagi mantan Direktur Utama TVRI Helmy Yahya.

Dikutip dari surat Dewan Pengawas no 8/DEWAS/TVRI/2020, pembelaan Helmy Yahya secara suara terbanyak tidak diterima karena dirinya disebutkan tidak menjawab atau memberi penjelasan mengenai pembelian program siaran berbiaya besar yakni Liga Inggris dari pelaksanaan tertib administrasi anggaran TVRI. 

"Semua stasiun televisi di dunia ingin 'monster content', 'locomotive content' yang membuat orang menonton. Kepercayaan orang 5 kali lipat lebih besar dari TV lain saat TVRI menayangkan Liga Inggris. Ini rejeki anak sholeh. Apakah ada masalah administrasi kami mengambil liga inggris karena nggak ngomong?" ujar Helmy saat ditemui di Pulau Dua Restoran, Jakarta Pusat pada Jumat (17/1/2020). 

Selanjutnya, Direktur Program dan Berita TVRI, Apni Jaya Putra menjelaskan saat acara buka puasa bersama Arif Hidayat Thamrin tahun 2018 lalu ia secara informal memberitahukan rencana untuk membeli hak siar Liga Inggris dari Mola TV.

"Liga Inggris dilaporkan kepada Dewas tanggal 17 Juli 2018. Rapat dipimpin oleh Ketua Dewas Arif Thamrin dan Direksi. Kepada Dewas dilaporkan jenis kerjasama kemudian harga, pendapatan iklan dan sistem enkripsi," ungkap Apni. 

Melalui surat nomor 127/DEWAS/TVRI/2019 tanggal 18 Februari memberikan surat arahan mengenai Liga Inggris diberitahukan arahan Dewas meminta Direksi melaksanakan tertib administrasi atas perubahan pola acara dan anggaran dan penayangan Liga Inggris disebutkan mampu memunculkan national value dan national pride serta membangkitkan prestasi sepak bola nasional, serta dukungan peralatan teknik diberikan dengan proses pengadaan dan sewa peralatan sesuai peraturan UU yang berlaku. 

"Selanjutnya, Ketua Dewan hadir pada saat launching Liga Inggris," tegas Apni sambil menunjukkan foto Ketua Dewas Arif Hidayat Thamrin saat berfoto bersama jajaran Direksi TVRI pada momen launching program Liga Inggris. 

Lebih lanjut, Direktur Keuangan TVRI Isnan Rahmanto mengakui anggaran pembelian hak siar Liga Inggris pada pertengahan tahun 2019 memang tidak disediakan karena anggaran pemerintah sudah disusun pada tahun 2018. 

"Direksi secara kolektif kolegia bahwa anggaran ini dimungkinkan untuk dibiayai melalui PNPB (Penerimaan Negara Bukan Pajak) dan mengusahakan untuk membiayai program ini," ungkap Isnan.

Helmy lebih lanjut menjelaskan anggaran tahunan TVRI hanya berkisar Rp132 miliar berbeda dari anggaran televisi swasta yang bisa mencapai Rp2,7 triliun. Sehingga banyak sekali program yang diputar kembali di stasiun televisi pemerintah tersebut. 

Selanjutnya, Helmy juga menuturkan regulasi dari TVRI menetapkan pendapatan dari iklan lembaga penyiaran publik ini hanya berkisar Rp2 juta untuk iklan berdurasi 30 detik. 

"Sebenarnya kami itu dapat biaya program itu per episode Rp15 juta apa yang bisa dibuat? Bayar Soimah pun nggak cukup. Kami memutar otak dan dari dulu selalu terjadi re-run karena biaya program itu kurang. Kami fight terus," pungkasnya. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper