Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Jokowi Kembali Sentil Kabinetnya, Sebut WFH Seperti Cuti

Jokowi meminta para menterinya memiliki sense of crisis yang sama karena kondisi ekonomi baik global dan nasional terus menurun.
Presiden Joko Widodo memberikan keterangan pers terkait COVID-19 di Istana Bogor, Jawa Barat, Senin (16/3/2020). Presiden Joko Widodo meminta kepada kepala pemerintah daerah untuk berkomunikasi kepada pemerintah pusat seperti Satgas  COVID-19 dan Kementerian dalam membuat kebijakan besar terkait penanganan COVID-19, dan ditegaskan kebijakan lockdown tidak boleh dilakukan  pemerintah daerah. ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A
Presiden Joko Widodo memberikan keterangan pers terkait COVID-19 di Istana Bogor, Jawa Barat, Senin (16/3/2020). Presiden Joko Widodo meminta kepada kepala pemerintah daerah untuk berkomunikasi kepada pemerintah pusat seperti Satgas COVID-19 dan Kementerian dalam membuat kebijakan besar terkait penanganan COVID-19, dan ditegaskan kebijakan lockdown tidak boleh dilakukan pemerintah daerah. ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A

Bisnis.com, JAKARTA - Presiden Joko Widodo kembali mengungkapkan kekecewaannya lantaran sistem bekerja dari rumah atau work from home (WFH) yang dilakukan selama ini justru tampak seperti cuti bagi para pejabat di pemerintahannya.

Kekecewaan Jokowi terhadap kinerja jajaran pejabat di pemerintahannya ini terungkap dalam video rapat terbatas dengan Kabinet Indonesia Maju 

"Saya minta kita memiliki sense yang sama. Sense of crisis yang sama. Jangan sampai tiga bulan yang lalu kita menyampaikan bekerja dari rumah, work form home. Yang saya lihat ini kayak cuti malahan. Padahal pada kondisi krisis kita harusnya kerja lebih keras lagi," ujar Jokowi saat membuka rapat terbatas pada Selasa (7/7/2020) yang diunggah oleh akun Youtube Sekretariat Presiden, Rabu (8/7/2020).

Lebih lanjut, dia juga meminta para menterinya memiliki kesamaan sense of crisis karena kondisi ekonomi baik global dan nasional terus menurun.

Menurutnya, kuartal ketiga menjadi kunci dalam pemulihan ekonomi yang terdampak pandemi Covid-19 setelah pada kuartal pertama pertumbuhan ekonomi Indonesia hanya mencapai 2,97 persen dari yang biasanya 5 persen dan kuartal kedua diprediksi masih menurun.`

Salah satu poin yang ditekankan Jokowi, selain percepatan penyerapan anggaran adalah mengubah cara atau sistem kerja yang biasa menjadi kerja cerdas yakni cepat dan tepat sasaran.

"Kita harus ganti channel, dari ordinary, pindah channel ke extraordinary. Dari cara-cara yang sebelumnya rumit, ganti channel ke cara-cara yang cepat dan cara-cara yang sederhana. Dari cara yang SOP normal, kita harus ganti channel ke SOP yang shortcut, SOP yang smart-shortcut," kata Jokowi.

Dia pun menyerahkan kepada para menterinya untuk menentukan seperti apa sistem kerja dengan SOP smart-shortcut tersebut.

Sebelumnya, Jokowi juga pernah menumpahkan kekecewaannya pada sidang kabinet 18 Juni 2020 untuk membahas penanganan Covid-19 dan dampak yang menyertai.

Presiden mengatakan setelah sekitar tiga bulan virus Corona menyerang Indonesia, belum ada perkembangan signifikan dalam upaya penanganannya, baik terkait kesehatan maupun ekonomi.

"Langkah apapun yang extraordinary akan saya lakukan. Untuk 267 juta rakyat kita, untuk negara. Bisa saja membubarkan lembaga, bisa saja reshuffle. Sudah kepikiran ke mana-mana saya," ujar Presiden dalam video rapat internal yang baru diunggah kanal resmi Sekretariat Presiden di Youtube, Minggu (28/6/2020).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper