Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Dokter Reisa Pastikan Rapid Test Masih Diperlukan untuk Pengendalian Covid-19

Reisa menyebutkan bahwa berdasarkan sejumlah kajian terkini mengenai pemeriksaan Covid-19, disimpulkan bahwa rapid test masih diperlukan untuk membantu mengetahui potensi seseorang terserang virus.
Tim Publikasi Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19, dokter Reisa Broto Asmoro. JIBI/Bisnis-Nancy Junita
Tim Publikasi Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19, dokter Reisa Broto Asmoro. JIBI/Bisnis-Nancy Junita

Bisnis.com, JAKARTA - Tim Komunikasi Publik Gugus Tugas Nasional Percepatan Penanganan Covid-19 Reisa Broto Asmoro mengatakan bahwa pemeriksaan rapid test masih diperlukan untuk pengendalian Covid-19.

Reisa menyebutkan bahwa berdasarkan sejumlah kajian terkini mengenai pemeriksaan Covid-19, disimpulkan bahwa rapid test masih diperlukan untuk membantu mengetahui potensi seseorang terserang virus.

“Membantu mengetahui apakah seseorang terinfeksi Covid-19 atau tidak. Seperti yang telah kita ketahui bersama bahwa sebagian dari kita bisa tidak menunjukkan gejala terjangkit Covid-19,” katanya, Sabtu (18/7/2020).

Menurutnya upaya pencegahan penularan virus ini merupakan tanggung jawab bersama. Seluruh laporan masyarakat harus membantu dalam penularan Covid-19 termasuk kepada kelompok rentan.

Beberapa di antaranya yang termasuk dalam kelompok rentan adalah pada orang tua lanjut usia, orang dengan penyakit penyerta, dan masyarakat dengan kondisi gangguan imunitas.

“Tanggung jawab tersebut dapat kita wujudkan dengan salah satunya yang paling penting adalah rutin memeriksakan diri bisa dengan melakukan rapid test,” ujarnya.

Di sisi lain, dia meminta masyarakat luas menghentikan stigma negatif yang ditujukan kepada pasien Covid-19 dan petugas kesehatan yang bekerja di rumah sakit Corona.

Pasalnya stigma tersebut memberi pengaruh buruk bagi pasien dan petugas medis. 140 perawat pernah dipermalukan karena statusnya sebagai perawat Covid-19 atau bertugas di rumah sakit tempat penanganan Covid-19.

Jejak pendapat kepada 2050 perawat di Indonesia itu juga menyatakan bahwa 135 perawat pernah diminta meninggalkan tempat tinggalnya.

Lainnya, 66 responden mengalami ancaman pengusiran. 160 responden mengakui orang-orang sekitar menghindari mereka dan 71 responden mengaku masyarakat ikut menjauhi keluarga mereka.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper