Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

52 Kabupaten/Kota Zona Sedang Covid-19 Geser ke Risiko Rendah

Penentuan zona oleh Satgas Covid-19 menggunakan indikator epidemiologi, surveilans kesehatan masyarakat, dan pelayanan kesehatan.
Juru Bicara Satgas COVID-19 Wiku Adisasmito berpose usai memberikan keterangan di Kantor Presiden, Jakarta, Selasa (21/7/2020). Pemerintah resmi menunjuk Wiku Adisasmito menjadi juru bicara pemerintah menggantikan Achmad Yurianto. ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay/aww.
Juru Bicara Satgas COVID-19 Wiku Adisasmito berpose usai memberikan keterangan di Kantor Presiden, Jakarta, Selasa (21/7/2020). Pemerintah resmi menunjuk Wiku Adisasmito menjadi juru bicara pemerintah menggantikan Achmad Yurianto. ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay/aww.

Bisnis.com, JAKARTA – Satuan Tugas Penanganan Covid-19 mencatat ada 52 kabupaten/kota yang berhasil bergeser dari zona risiko sedang ke risiko rendah.

Juru Bicara Satgas Covid-19 Wiku Adisasmito menyebutkan bahwa kabupaten/kota yang berhasil menurunkan risikonya dari sedang ke rendah, antara lain Simeuleu, Toba Samosir, Kota Padang Sidimpuan, Kota Sawahlunto, Ogan Komering Ulu, Way Kanan, Bangka.

Selanjutnya ada Karimun, Sumedang, Bandung Barat, Magelang, Pekalongan Pemalang, Tegal, Gunungkidul, Pacitan, Lamongan, Kota Serang, Sumbawa Barat, dan Melawi.

“Proses perbaikannya terjadi, namun jumlah yang masuk dalam risiko sedang dan rendah masih tinggi. Risikonya bisa dikurangi dengan cara seluruh indikator yang ada kinerjanya ditingkatkan dengan testing sebanyak mungkin,” jelas Wiku, Selasa (25/8/2020).

Adapun, penentuan zona oleh Satgas Covid-19 menggunakan indikator epidemiologi, surveilans kesehatan masyarakat, dan pelayanan kesehatan. Indikator ini berbasis pada data pencatatan yang sumbernya dari data surveilans dan database rumah sakit Online dari Kementerian Kesehatan.

“Dari indikator tersebut dilakukan penghitungan dan skoring sehingga terbagi menjadi 4 warna zona yaitu zona risiko tinggi atau zona merah, risiko sedang atau oranye, risiko rendah atau kuning, dan tak mencatatkan kasus selama 4 minggu terakhir atau zona hijau,” jelasnya.

Wiku menyebutkan, warna yang ditentukan dipilih berdasarkan warna kebencanaan yang lazim digunakan untuk mengidentifikasi risiko wilayah seperti yang digunakan oleh BNPB. Adapun, indikator tersebut juga direkomendasikan oleh WHO.

“Penentuan zonasi ini adalah cara pemerintah untuk mengendalikan kasus berbasis pada pendataan wilayah masing-masing. Meskipun salah satu waranya hijau, tidak serta merta risikonya nol. Konteksnya pandemi di seluruh dunia, jadi di zona hijau tetap memiliki risiko dan untuk itu protokol kesehatan tetap harus ketat,” tegas Wiku.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Mutiara Nabila
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper