Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Industri Perbankan Jepang Berharap Besar pada PM Suga

Perbankan berharap kehadiran Suga bisa mempercepat digitalisasi di sektor perbankan.
Kepala Sekretaris Kabinet Jepang Yoshihide Suga menjadi salah satu calon kuat untuk penganti Shinzo Abe/Bloomberg
Kepala Sekretaris Kabinet Jepang Yoshihide Suga menjadi salah satu calon kuat untuk penganti Shinzo Abe/Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA - Seiring dengan adanya transisi pada jabatan Perdana Menteri (PM) Jepang pekan ini, industri perbankan berharap ada gebrakan signifikan yang dihadirkan Yoshihide Suga.

Adapun, terobosan yang paling dinanti dunia perbankan Negeri Sakura tersebut ialah terkait digitalisasi sistem pembayaran.

"Saya punya ekspektasi tinggi terhadap laju digitalisasi oleh pemerintah. Pandemi Covid-19 ini menyadarkan betapa kami sebenarnya tertinggal jauh [dalam aspek digitalisasi] dibandingkan negara lain," tutur kepala Asosiasi Perbankan Jepang Kanetsugu Mike, seperti diwartakan Bloomberg Kamis (17/9/2020).

Suga, yang menggantikan PM sebelumnya Shinzo Abe, berkata bahwa dirinya akan meneruskan program yang sudah ada. Utamanya terkait kebijakan fiskal, perbaikan moneter dan restrukturisasi.

Meski demikian, dia juga menegaskan komitmennya untuk mempercepat digitalisasi. Reformasi pun akan dilakukan di berbagai instansi termasuk perbankan, di antaranya dengan melakukan merger terhadap bank-bank regional.

Menyoal contoh terakhir, Mike mengatakan bahwa Suga sebaiknya tidak tergesa-gesa. Sebelum melakukan merger, ada baiknya bank-bank regional saling berdiskusi untuk menyepakati rencana strategis jangka panjang.

Hal senada diutarakan Kepala Asosiasi Bank Regional Jepang Yasuyoshi Oya.

"Dalam konteks deposit tradisional dan memberi pinjaman, bisa dikatan bahwa bank [regional] jumlahnya terlalu banyak. Tapi, yang terpenting dari wacana pemangkasan ini adalah bagaimana kami bisa menawarkan jasa yang menggiurkan dan mengubah model bisnis yang ada."

Oya mengatakan langkah itu bakal memakan waktu.

"Waktu sangat dibutuhkan, dan memang itulah rintangan utamanya." Oleh karena itu, Oya mengingatkan agar pemerintah bersedia mendengar masukan-masukan yang diberikan berbagai pihak.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Sumber : Bloomberg
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper