Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

RSM Cetak Pendapatan Rp120 Triliun 2022, Asia Pasifik Sumbang 19 Persen

Kantor akuntan publik, pajak dan konsultansi RSM mencetak pendapatan sebesar US$8 miliar atau setara dengan Rp120 triliun pada 2022.
Ilustrasi akuntan
Ilustrasi akuntan

Bisnis.com, JAKARTA – Kantor akuntan publik, pajak dan konsultansi RSM mencetak pendapatan sebesar US$8 miliar atau setara dengan Rp120 triliun pada 2022. dan merilis Strategi Global 2030 yang fokus pada transformasi, pertumbuhan dan menciptakan nilai positif bagi semua pemangku kepentingan.

Pada 2022 RSM mencatatkan pertumbuhan pendapatan 15 persen secara global. Adapun pendapatan tercepat terjadi di pasar negara berkembang Amerika Latin 26 persen dan Asia Pasifik 19 persen.

Jasa konsultansi mencatatkan pertumbuhan tertinggi sebesar 37 persen. Pendapatan jasa audit tumbuh 6 persen dan pendapatan dari jasa akuntansi tumbuh sebesar 11 persen. Selain itu, pendapatan dari jasa pajak meningkat sebesar 8 persen terutama didorong permintaan jasa perpajakan yang meningkat karena perubahan regulasi dan meningkatnya kompleksitas peraturan perpajakan.

Chief Executive Officer (CEO) RSM Jean Stephens mengatakan pertumbuhan kinerja hasil dari para personil di 120 negara yang tetap memberikan nilai kepada klien. “Untuk terus tumbuh dan memperkuat posisi kami sebagai yang terdepan dalam memberikan layanan profesional, kami akan lebih jauh berinvestasi untuk mentransformasikan bisnis kami menjadi organisasi digital, penuh wawasan serta selalu memberikan layanan dan solusi,” jelas Jean Stephens, Kamis (26/1/2023).

Sementara itu, Chief Executive Partner RSM Indonesia Amir Abadi Jusuf menyampaikan pertumbuhan RSM di Indonesia sejalan dengan pertumbuhan global. Dia memperkirakan permintaan akan layanan pajak akan meningkat pada tahun 2023 karena adanya kebutuhan untuk memenuhi persyaratan OECD yang terus meningkat untuk lebih banyak digitalisasi dalam pelaporan pajak dan tarif pajak minimum global.

“RSM menyoroti bahwa dalam beberapa kasus, bisnis mencari merger atau akuisisi untuk menangkal dampak negatif dari krisis keterampilan, rantai pasokan, energi dan inflasi,” katanya dalam keterangan resmi, Kamis (26/1/2023).

Dia memperkirakan bisnis akan mempercepat perubahan dalam organisasi dan memprioritaskan inovasi, mempertimbangkan cara untuk mengintegrasikan artificial intelligence dan teknologi otomasi, melatih kembali tim atau memanfaatkan analisa data dan business process outsourcing, untuk meningkatkan kinerja.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Pandu Gumilar
Editor : Pandu Gumilar
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper