Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Komite Darurat WHO Gelar Rapat, Status Pandemi Covid-19 Dicabut?

Komite Darurat WHO menggelar pertemuan rutin membahas terkait kemungkinan pengangkatan status pandemi Covid-19. Apa hasilnya?
Lambang WHO di pintu utama kantor pusatnya di Jenewa, Swiss/ Bloomberg-Stefan Wermuth
Lambang WHO di pintu utama kantor pusatnya di Jenewa, Swiss/ Bloomberg-Stefan Wermuth

Bisnis.com, JAKARTA - Komite Darurat Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO untuk pandemi Covid-19 menggelar pertemuan rutin membahas terkait pengangkatan status pandemi.

Dilansir dari Health Policy Watch.news, Minggu (29/1/2023) dalam konferensi pers pada Desember 2022, Direktur Jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus, mengatakan pihaknya berharap keadaan darurat yang pertama kali dinyatakan pada 30 Januari 2020, di bawah Peraturan Kesehatan Internasional WHO, akhirnya dapat diselesaikan sekitar tahun 2023.

Namun, dalam sambutannya pada pertemuan ke-14 Komite Darurat ini, Direktur Jenderal WHO mengisyaratkan untuk kedua kalinya dalam seminggu terakhir bahwa keadaan darurat ini masih akan berlanjut. Hal ini dikarenakan adanya kasus infeksi baru Covid-19 meningkat lagi di seluruh dunia, terlebih di China.

“Saat kita memasuki tahun keempat pandemi, kita tentu berada dalam posisi yang jauh lebih baik sekarang daripada tahun lalu, ketika gelombang Omicron mencapai puncaknya dan lebih dari 70.000 kematian dilaporkan ke WHO setiap minggu,” kata Tedros dalam sambutannya pada pertemuan tertutup tersebut, dilansir WHO dalam siaran pers.

Adapun, pada pertemuan terakhir Komite tersebut pada Oktober, jumlah kematian akibat Covid-19 mendekati angka terendah sejak pandemi yaitu kurang dari 10.000 per minggu. Namun, sejak awal Desember, jumlah kematian mingguan yang dilaporkan secara global telah meningkat.

Selain itu, Tedros mencatat, pencabutan pembatasan Covid-19 di China telah menyebabkan lonjakan kematian di negara terpadat di dunia.

WHO menilai lonjakan kematian juga dikarenakan warga China yang tidak terlindungi vaksinasi serta memiliki kekebalan alami yang rendah dikarenakan isolasi sosial selama berbulan-bulan.

“Minggu lalu, hampir 40.000 kematian dilaporkan ke WHO, lebih dari setengahnya dari China. Secara total, selama delapan minggu terakhir, lebih dari 170.000 kematian telah dilaporkan. Jumlah sebenarnya tentu jauh lebih tinggi.” jelas Tedros

Awal pekan ini, Tedros juga mengungkapkan perasaannya yang campur aduk tentang dorongan agar WHO segera mencabut status pandemi.

“Meskipun saya tidak akan mendahului saran dari komite darurat, saya tetap sangat prihatin dengan situasi di banyak negara dan meningkatnya jumlah kematian,” kata Tedros, berbicara pada konferensi pers mingguan WHO.

Tedros mengungkapkan meski kondisi saat ini lebih baik jika dibandingkan tiga tahun yang lalu ketika pandemi pertama kali melanda dunia, respons kolektif global sekali lagi berada di bawah tekanan.

Faktanya, setelah mencapai puncaknya pada pertengahan Desember, gelombang kasus baru di China dan seluruh dunia telah menurun selama sebulan terakhir, baik menurut data WHO maupun platform pemantauan data lainnya.

Namun, mengingat berkurangnya jumlah pengujian Covid-19 di seluruh dunia, jumlah kasus yang dikonfirmasi semakin tidak dapat diandalkan untuk mengukur kasus sebenarnya.

“Pengawasan dan pengurutan genetik telah menurun secara dramatis di seluruh dunia, membuatnya lebih sulit untuk melacak varian yang diketahui dan mendeteksi yang baru,” ujar Tedros.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper