Penampilan Didi Kempot di Pekan Kebudayaan Nasional, Kamis (10/10/2019)./Dionisio Damara
Entertainment

Saat 'Cendhol Dhawet' Menggelora di Istora

Dionisio Damara
Senin, 14 Oktober 2019 - 16:14
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA – Istora Senayan Jakarta pada Kamis malam (10/10/2019) lalu begitu bergelora. Tepat pukul 20.00, ribuan orang mulai berjejal memasuki pintu masuk panggung Siger yang berada di pintu selatan Gelora Bung Karno. Mereka ingin merayakan patah hati bersama ahlinya yakni Didi Kempot.

Mereka yang menamakan diri sebagai Sad bois dan Sad girls ini datang dari segala penjuru Jakarta, mulai dari Depok hingga Tangerang. Tak ketinggalan, spanduk bertuliskan “Sobat Ambyar” dibentangkan tinggi-tinggi oleh mereka.

Belakangan ini, nama Didi Kempot memang kembali mengudara di industri musik Indonesia. Lagu-lagunya yang berbahasa Jawa lengkap dengan lirik menyayat hati, rupanya mampu diterima oleh generasi muda saat ini. Soal bahasa tak jadi kendala.

Buktinya, hampir semua penonton yang datang pada malam itu hafal lagu-lagu hit Didi Kempot, seperti Kalung Emas, Pamer Bojo, Banyu Langit, hingga Sewu Kutha. Hentakan kendang khas musik campursari itu berpadu mesra dengan goyangan penonton.

“Saya ya heran, kok, anak-anak metropolis Jakarta tahu lagu-lagunya Didi Kempot,” ujarnya dari atas panggung. Pertanyaan dari Didi Kempot dibalas riuh teriakkan penonton. Entah apa yang diucapkan mereka. Gemuruh suasana terlalu memekakkan telinga.

Namun, yang pasti, gelora penonton kembali berlanjut ketika Didi Kempot membawakan lagu Banyu Langit (2017). Dalam sekejap, penonton mulai memejamkan mata dan menyanyi bersama. Mereka tersihir oleh lagu yang telah disaksikan 34 juta penonton Youtube.

Janjine lungane ra nganti suwe-suwe. Pamit esuk lungane ra nganti sore. Janjine lunga ra nganti semene suwene. Nganti kapan tak enteni sak tekane,” begitu penggalan lirik lagu itu.

Jika diartikan, penggalan lirik itu berbunyi: Janjinya pergi tidak lama-lama. Izin pagi, perginya tidak sampai sore. Janjinya pergi tidak selama ini. Sampai kapanpun saya tunggu sampai datang. Duh!

Penampilan pria berusia 52 tahun itu merupakan bagian dari rangkaian acara Pekan Kebudayaan Nasional 2019 yang digelar oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Pergelaran yang berlangsung pada 7 – 13 Oktober ini menjadi ruang untuk merajut kembali toleransi dengan mengangkat tema “Ruang Bersama Indonesia Bahagia”.

Yel-yel

Tak hanya penampilan Didi Kempot yang memikat, tetapi kehadiran penggemarnya juga memberikan nuansa berbeda. Para Sad Bois dan Sad Girls in juga kerap meneriakkan yel-yel ketika lagu-lagu Didi Kempot memasuki interlude.

Bagian kosong dari lagu-lagu tersebut kemudian diisi oleh chants “Cendhol Dhawet” yang diteriakkan secara bergantian oleh para sobat ambyar. Yel-yel ini terbukti ampuh meriuhkan suasana, menstimulus penonton untuk mengangkat tangan dan bergoyang.

Eka Mawardie (24), salah satu penonton, mengaku takjub melihat para fans Didi Kempot yang atraktif sekaligus kreatif. “Yel-yel ini mirip fanchants di konser-konser K-Pop,” ujar Eka yang untuk pertama kalinya menyaksikan penampilan The Godfahter of Broken Heart, sebutan Didi Kempot dari para penggemarnya.

Tak hanya di Istora, keriuhan juga dibawa penonton ke lini masa Twitter. Sebagian dari mereka menceritakan ulang pengalaman nonton Didi Kempot pada pergelaran Pekan Kebudayaan Nasional.

Akun @tika_rahman, misalnya, menuliskan kekagumannya atas penampilan Didi Kempot. “Penampilan Didi Kempot di Pekan Kebudayaan Nasional kemarin bikin amazing tiada henti. Lokasi acara di tengah ibu kota, musik campursari, anak muda yang hafal lirik bahasa Jawa, luar biasa,” tulisnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Dionisio Damara
Bagikan

Tags :


Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro