Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bursa Asia Masih Terbebani Perang Dagang AS-China & Lira Turki

Pergerakan bursa saham Asia turun pada perdagangan pagi ini, Senin (3/9/2018), terbebani kekhawatiran mengenai berlanjutnya eskalasi perang dagang Amerika Serikat (AS)-China dan tak stabilnya mata uang emerging markets.
Bursa Asia MSCI/Reuters
Bursa Asia MSCI/Reuters

Bisnis.com, JAKARTA – Pergerakan bursa saham Asia turun pada perdagangan pagi ini, Senin (3/9/2018), terbebani kekhawatiran mengenai berlanjutnya eskalasi perang dagang Amerika Serikat (AS)-China dan tak stabilnya mata uang emerging markets.

Dilansir dari Reuters, indeks MSCI Asia Pacific selain Jepang turun 0,2%, sedangkan indeks Nikkei Jepang turun 0,4%.

“Tampaknya hampir pasti bahwa Trump akan memberlakukan tarif 25% pada impor senilai US$200 miliar dari China," kata Norihiro Fujito, kepala strategi investasi di Mitsubishi UFJ Morgan Stanley Securities.

Pekan lalu, Presiden AS Donald Trump mengatakan siap untuk menerapkan tarif baru segera setelah periode komentar publik tentang rencana itu berakhir pada Kamis pekan ini. Jika terjadi, langkah tersebut akan menjadi eskalasi besar setelah ia menerapkan tarif terhadap ekspor oleh China senilai US$50 miliar.

Indeks Shanghai China turun 5,3% bulan lalu karena kekhawatiran tentang perang perdagangan. Di sisi lain, bursa saham AS, terutama saham teknologi, bernasib lebih baik sebagian berkat kekuatan data ekonomi saat ini dan laporan keuangan perusahaan.

Indeks Nasdaq Composite bulan lalu naik 5,7%. Sejumlah data ekonomi AS yang dijadwalkan rilis pekan ini, seperti survei manufaktur pada hari Selasa dan laporan pekerjaan pada hari Jumat, juga diperkirakan akan menunjukkan kondisi yang solid.

“Bursa saham AS dan bursa pada segelintir negara kemungkinan akan terus menarik dana global," tambah Fujito.

Sementara itu, investor tetap waspada terhadap pergerakan sejumlah mata uang emerging markets, yang telah mengalami salah satu aksi jual terbesar dalam beberapa tahun terakhir, meskipun mampu sedikit rebound pada Jumat (31/8).

Nilai tukar lira Turki kembali melorot dan melemah 1,15% ke posisi 6,6152 per dolar AS pagi ini pukul 09.13 WIB berdasarkan data Bloomberg, setelah berakhir rebound 1,72% di posisi 6,5396 pada Jumat (31/8).

Adapun harga minyak bertahan di kisaran level tertingginya sejak pertengahan Juli, didukung sanksi AS terhadap industri minyak Iran serta turunnya produksi minyak Venezuela.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Fajar Sidik
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper