Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

MNC Sekuritas: Pelaku Pasar SUN Masih Menahan Diri

MNC Sekuritas memperkirakan harga Surat Utang Negara (SUN) akan bergerak bervariasi dengan perubahan harga yang cenderung terbatas pada perdagangan Kamis (13/12/2018), di tengah pelaku pasar yang masih menahan diri untuk melakukan transaksi.
Ilustrasi/Bisnis.com
Ilustrasi/Bisnis.com

Bisnis.com, JAKARTA -- MNC Sekuritas memperkirakan harga Surat Utang Negara (SUN) akan bergerak bervariasi dengan perubahan harga yang cenderung terbatas pada perdagangan Kamis (13/12/2018), di tengah pelaku pasar yang masih menahan diri untuk melakukan transaksi.

Kepala Divisi Riset Fixed Income MNC Sekuritas I Made Adi Saputra mengatakan pergerakan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS masih akan menjadi faktor yang mempengaruhi pergerakan harga SUN di pasar sekunder. Hal ini diproyeksi terjadi di tengah potensi menguatnya dolar AS terhadap mata uang utama dunia di tengah ekspektasi kenaikan suku bunga acuan The Fed yang akan ditentukan pada Federal Open Market Committee (FOMC) Meeting pekan depan.

Secara teknikal, harga SUN masih bergerak pada tren penurunan harga sehingga akan membatasi potensi kenaikan harga di pasar sekunder, terlebih dengan investor asing yang masih terlihat melakukan penjualan di pasar sekunder.

"Di tengah pelaku pasar yang masih menahan diri untuk melakukan transaksi serta pergerakan harga yang kemungkinan akan bergerak dengan arah bervariasi, kami menyarankan kepada investor untuk fokus pada SUN yang menawakan tingkat imbal hasil yang menarik serta harga yang relatif lebih murah dibandingkan dengan seri lainnya dengan tenor yang sama," paparnya dalam riset harian, Kamis (13/12/2018).

Beberapa seri yang dapat dicermati adalah sebagai FR0061, FR0043, FR0063, FR0070, FR0056, FR0042, FR0073, FR0058, FR0074, FR0068, dan FR0072.

Pada perdagangan Rabu (12/12), harga SUN meningkat didukung oleh meredanya tekanan terhadap nilai tukar rupiah. Nilai tukar rupiah ditutup menguat terbatas, yakni 10,00 pts atau 0,07% di level Rp14.597,5 per dolar AS.

Kenaikan harga mencapai 65 bps sehingga membuat imbal hasil tertekan sebesar 9 bps, dengan rata-rata penurunan 4,5 bps.

Harga SUN tenor pendek naik 8 bps, membuat yield turun antara 1-5  bps. Harga SUN tenor menengah naik hingga 35 bps, membuat imbal hasil turun 7,5 bps.

Sementara itu, harga SUN tenor panjang berubah hingga 65 bps sehingga menyebabkan penurunan tingkat imbal hasil sebesar 9 bps.

Hal yang sama terjadi di SUN seri acuan, dengan kenaikan harga hingga 50 bps yang membuat yield turun 8 bps.

Imbal hasil SUN seri acuan bertenor 5 tahun turun 2 bps ke level 8,06% setelah mengalami kenaikan harga terbatas sebesar 5 bps. Adapun kenaikan harga sebesar 50 bps dan 40 bps telah mendorong terjadinya penurunan imbal hasil untuk seri acuan tenor 10 tahun dan 15 tahun masing-masing 8 bps dan 5,5 bps ke level 8,156% dan 8,305%.

Untuk seri acuan dengan tenor 20 tahun, kenaikan harganya sebesar 25 bps yang mendorong penurunan imbal hasil 3 bps ke level 8,472%.

Setelah mengalami tren penurunan harga sejak awal bulan Desember seiring dengan keluarnya investor asing dari pasar SUN, pelaku pasar kembali melakukan akumulasi pembelian pada perdagangan kemarin walaupun belum didukung oleh meningkatnya volume perdagangan.

Data kepemilikan Surat Berharga Negara (SBN) yang dapat diperdagangkan menunjukkan bahwa per Selasa (11/12), investor asing melakukan penjualan bersih (net sell) senilai Rp4,28 triliun sepanjang Desember 2018 dengan total kepemilikan Rp896,31 triliun dari total outstanding yang dapat diperdagangkan yang nilainya Rp2.374,45 triliun.

Dengan membaiknya persepsi risiko dan juga stabilnya pergerakan imbal hasil US Treasury, harga SUN berdenominasi dolar AS ditutup dengan kecenderungan naik yang didapati pada hampir keseluruhan seri.

Harga INDO23 meningkat 8 bps yang mendorong terjadinya penurunan tingkat imbal hasil sebesar 2 bps ke level 4,248%.

Sementara itu, kenaikan harga sebesar 30 bps di INDO28 mendorong penurunan yield sebesar 4 bps ke level 4,658%. Untuk INDO43, terjadi penurunan imbal hasil 3 bps ke level 5,278% yang didorong kenaikan harga sebesar 38 bps.

Volume perdagangan SBN yang dilaporkan pada perdagangan kemarin senilai Rp7,52 triliun dari 33 seri yang diperdagangkan, dengan volume perdagangan seri acuan yang dilaporkan sebesar Rp1,65 triliun.

Obligasi Negara seri FR0059 menjadi SUN dengan volume perdagangan terbesar, yakni Rp1,982 triliun dari 49 kali transaksi di harga rata-rata 92,38%. Diikuti Obligasi Negara seri FR0064 senilai Rp1,495 triliun dari 44 kali transaksi di harga rata-rata 87,01%.

Adapun Project Based Sukuk seri PBS016 menjadi Sukuk Negara dengan volume perdagangan terbesar, yakni Rp370 miliar dari 5 kali transaksi di harga rata-rata 98,43%. Diikuti perdagangan Sukuk Negara Ritel seri SR008 senilai Rp179,52 miliar dari 12 kali transaksi di harga rata-rata 100,07%.

Volume perdagangan surat utang korporasi yang dilaporkan pada perdagangan kemarin senilai Rp764,78 miliar dari 29 seri surat utang korporasi yang diperdagangkan.

Obligasi Berkelanjutan II Indomobil Finance Tahap III Tahun 2016 Seri B (IMFI02BCN3) menjadi surat utang korporasi dengan volume perdagangan terbesar, yakni Rp180 miliar dari 4 kali transaksi di harga rata-rata 93,00%. Diikuti perdagangan Obligasi Berkelanjutan II Batavia Prosperindo Finance Tahap I Tahun 2018 (BPFI02CN1) senilai Rp80 miliar dari 2 kali transaksi di harga rata-rata 94,00%.

Adapun Sukuk Ijarah Berkelanjutan II XL Axiata Tahap I Tahun 2018 Seri E (SIEXCL02ECN1) menjadi sukuk korporasi dengan volume perdagangan terbesar, yakni Rp46 miliar dari 2 kali transaksi di harga rata-rata 103,36%. Diikuti perdagangan Sukuk Ijarah Berkelanjutan II XL Axiata Tahap I Tahun 2018 Seri A (SIEXCL02ACN1) senilai Rp18 miliar dari 5 kali transaksi di harga rata-rata 100,18%.

Adapun imbal hasil surat utang global pada perdagangan ditutup dengan arah perubahan yang bervariasi seiring beragamnya sentimen yang ada di pasar surat utang global. Imbal hasil surat utang Inggris dan Jerman ditutup naik, masing-masing di level 1,28% dan 0,288%.

Sementara itu, imbal hasil US Treasury dengan tenor 10 tahun dan 30 tahun ditutup dengan perubahan yang relatif terbatas, masing-masing di level 2,89% dan 3,13% setelah data inflasi AS pada November 2018 tidak mengalami perubahan dibandingkan dengan posisi akhir Oktober 2018.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Annisa Margrit
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper