Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

MNC Sekuritas: Dapat Katalis Positif, Harga Surat Utang Berpeluang Menguat

MNC Sekuritas memperkirakan harga Surat Utang Negara masih berpeluang menguat pada perdagangan hari ini, Jumat (14/12/2018) di tengah katalis positif dari optimisme pelaku pasar terhadap isu perang dagang antara China dengan Amerika Serikat.
SURAT UTANG NEGARA
SURAT UTANG NEGARA

Bisnis.com, JAKARTA - MNC Sekuritas memperkirakan harga Surat Utang Negara masih berpeluang menguat pada perdagangan hari ini, Jumat (14/12/2018) di tengah katalis positif dari optimisme pelaku pasar terhadap isu perang dagang antara China dengan Amerika Serikat.

I Made Adi Saputra, Kepala Divisi Riset Fixed Income MNC Sekuritas, mengatakan bahwa  meskipun ada peluang kenaikan, pelaku pasar perlu mewaspadai potensi penguatan nilai tukar Dollar Amerika terhadap mata uang regional, termasuk mata uang Rupiah jelang pelaksanaan Rapat Dewan Gubernur Bank Sentral Amerika (FOMC Meeting) serta akan berakhirnya stimulus moneter dari Bank Sentral Eropa pada bulan Desember 2018. 

Hanya saja, secara teknikal, harga Surat Utang Negara yang masih beregrak pada tren penurunan akan membatasi potensi kenaikan harga Surat Utang Negara. 

Volume perdagangan masih akan terbatas di tengah pelaku pasar yang masih akan mencermati hasil dari FOMC Meeting yang akan diikuti oleh agenda Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia pada pekan depan.

"Di tengah potensi kenaikan harga, maka kami menyarankan pelaku pasar untuk melakukan strategi trading jangka pendek memanfaatkan momentum kenaikan harga di pasar sekunder," katanya dalam riset harian, Jumat (14/12/2018). 

Beberapa seri yang dapat dicermati pada perdagangan hari ini adalah sebagai berikut : FR0061, FR0043, FR0063,  FR0070, FR0056, FR0042, FR0073, FR0058, FR0074, FR0068 dan FR0072.

Selain itu, beberapa seri Project Based Sukuk juga dapat dicermati seperti seri PBS016, PBS006, PBS019 dan PBS013. 

Review Perdagangan Kamis, 13 Desember 2018

Penguatan nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika mendorong kenaikan harga Surat Utang Negara pada perdagangan hari Kamis, 13 Desember 2018. 

Kenaikan harga yang terjadi hingga sebesar 90 bps yang mendorong terjadinya penurunan penurunan tingkat imbal hasil hingga sebesar 10 bps di mana kenaikan harga yang cukup besar terjadi pada tenor 5 tahun hingga 20 tahun. 

Harga Surat Utang Negara dengan tenor pendek mengalami kenaikan hingga sebesar 15 bps sehingga mendorong terjadinya penurunan tingkat imbal hasilnya hingga sebesar 6 bps. 

Adapun kenaikan harga yang berkisar antara 20 bps hingga 65 bps yang didapati pada Surat Utang Negara dengan tenor menengah telah mendorong terjadinya penurunan tingkat imbal hasilnya yang berkisar antara 6 bps hingga 12 bps. 

Sedangkan pada Surat Utang negara bertenor panjang, kenaikan harga yang terjadi hingga mencapai 90 bps sehingga mendorong terjadinya penurunan tingkat imbal hasil hingga sebesar 10 bps. 

Dari Surat Utang Negara seri acuan, kenaikan harga yang terjadi hingga sebesar 45 bps yang menyebabkan penurunan imbal hasil hingga sebesar 6 bps, dimana hal tersebut didapati pada Surat Utang Negara seri acuan dengan tenor 5 tahun dan 15 tahun masing masing di level 7,996% dan 8,247%. 

Sedangkan pada seri acuan dengan tenor 20 tahun, penurunan imbal hasil sebesar 2 bps di level 8,453%. Adapun untuk seri acuan dengan tenor 10 tahun, tingkat imbal hasilnya tidak banyak mengalami perubahan, di level 8,156% di tengah pergerakan harganya yang relatif terbatas.

Berlanjutnya kenaikan harga Surat Utang Negara pada perdagangan kemarin didorong oleh faktor penguatan nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika. 

Setelah mengalami tren penurunan sejak awal bulan Desember 2018 ditengah melemahnya nilai tukar Rupiah dan keluarnya investor asing dari Surat Berharga Negara, harga Surat Utang Negara mulai mengalami kenaikan yang mulai terlihat pada perdagangan di hari Rabu, 12 Desember 2018. 

Seiring dengan meredanya tekanan terhadap nilai tukar Rupiah, pelaku pasar mulai berani untuk melakukan pembelian Surat Utang Negara, terlebih setelah mengalami koreksi yang cukup besar pada beberapa hari perdagangan sebelumnya, menjadikan tingkat imbal hasil Surat Utang negara cukup menarik untuk kembali diakumulasi. 

Kenaikan harga yang terjadi pada perdagangan kemarin juga didukung oleh adanya peningkatan volume perdagangan, yang mengindikasikan bahwa pelaku pasar cukup aktif melakukan transaksi di pasar sekunder.

Dari perdagangan Surat Utang Negara dengan denominasi mata uang Dollar Amerika, pergerakan harga juga terlihat mengalami kenaikan yang terjadi pada hampir keseluruhan seri Surat Utang Negara seiring dengan relatif stabilnya pergerakan imbal hasil US Treasury serta membaiknya persespsi risiko yang tercermin pada penurunan angka Credit Deafault Swap (CDS). Kenaikan harga yang terjadi hingga mencapai 130 bps dimana kenaikan harga yang cukup besar didapati pada Surat Utang Negara dengan tenor di atas 7 tahun. 

Harga dari INDO23 mengalami kenaikan sebesar 16,5 bps yang mendorong terjadinya penurunan imbal hasil sebesar 4,5 bps di level 4,202%. 

Adapun kenaikan harga sebesar 55 bps pada INDO28 menyebabkan penurunan imbal hasilnya sebesar 8 bps di level 4,578% dan kenaikan harga sebesar 87,50 bps pada INDO43 mendorong terjadinya penurunan imbal hasil sebesar 7 bps di level 5,208%.

Volume perdagangan Surat Berharga Negara yang dilaporkan senilai Rp8,35 triliun dari 35 seri Surat Berharag Negara yang diperdagangkan dengan volume perdagangan seri acuan senilai Rp2,97 triliun. 

Obligasi Negara seri FR0064 menjadi Surat Utang Negara dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp1,365 triliun dari 28 kali transaksi di harga penutupan di level 87,75% yang diikuti oleh perdagangan Obligasi Negara seri FR0077 senilai Rp843,13 miliar dari 31 kali transaksi. 

Adapun Project Based Sukuk seri PBS016 menjadi Sukuk Negara dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp60,00 miliar dari 2 kali transaksi di harga rata - rata 98,67% yang diikuti oleh perdagangan Sukuk Negara Ritel seri SR009 senilai Rp40,60 miliar dari 5 kali transaksi di harga rata - rata 99,55%.

Sementara itu, volume perdagangan surat utang korporasi yang dilaporkan pada perdagangan kemarin senilai Rp816,40 miliar dari 44 seri surat utang korporasi yang diperdagangkan. 

Obligasi Berkelanjutan IV Adira Finance Tahap II Tahun 2018 Seri A (ADMF04ACN2) menjadi surat utang korporasi dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp130,00 miliar dari 4 kali transaksi di harga rata - rata 99,76% yang diikuti oleh perdagangan Obligasi I Pelindo IV Tahun 2018 Seri B (PIKI01B) senilai Rp120,00miliar dari 3 kali transaksi di harga rata - rata 98,28%. 

Adapun Sukuk Ijarah Berkelanjutan III PLN Tahap II Tahun 2018 Seri D (SIPPLN03DCN2) menjadi sukuk korporasi dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp38,00 miliar dari 2 kali transaksi di harga rata - rata 98,61% dan diikuti oleh perdagangan Sukuk Ijarah Berkelanjutan II XL Axiata Tahap I Tahun 2018 seri A (SIEXCL02ACN1) senilai Rp0,8 miliar dari 2 kali transaksi di harga rata - rata 100,19%.

Nilai tukar Rupiah pada perdagangan kemarin ditutup menguat sebesar 101,00 pts (0,69%) di level 14496,50 per Dollar Amerika setelah bergerak dengan mengalami penguatan sepanjang sesi perdagangan pada kisaran 14478,00 hingga 14555,00 per Dollar Amerika. 

Di tengah penguatan mata uang regional, mata uang Rupiah memimpin penguatan mata uang regional yang diikuti oleh mata uang Rupee India (INR) sebesar 0,54% dan Won Korea Selatan (KRW) sebesar 0,47%. 

Satu - satunya mata uang regional yang mengalami pelemahan terhadap Dollar Amerika adalah Yen Jepang (JPY) yaitu sebesar 0,16%.

Arah perubahan imbal hasil surat utang global pada perdagangan kemarin kembali terlihat bervariasi ditengah beragamnya sentimen yang ada di pasar. 

Imbal hasil surat utang Inggris dan Jerman ditutup dengan mengalami kenaikan masing - masing di level 1,292% dan 0,282% di tengah keputusan Bank Sentral Eropa memutuskan untuk mengakhiri stimulus moneternya pada kahir Desember 2018 mendatang. 

Sementara itu, imbal hasi US Treasury dengan tenor 10 tahun dan 30 tahun ditutup di level 2,90% dan 3,143%. Imbal hasil surat utang Jepang juga ditutup dengan mengalami kenaikan, di level 0,051% begitu pula surat utnag Hong Kong yang ditutup naik di level 2,129%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Fajar Sidik
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper