Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Saudi Akan Pangkas Ekspor ke AS, Minyak Mentah Melonjak

Minyak West Texas Intermediate untuk pengiriman Januari menguat 2,8% atau 1,43 poin ke level US$52,58 per barel di New York Mercantile Exchange. Total volume yang diperdagangkan adalah 27% di atas rata-rata perdagangan 100 hari.
Prediksi Harga Minyak WTI/Reuters
Prediksi Harga Minyak WTI/Reuters

Bisnis.com, JAKARTA – Harga minyak mentah melonjak saat Arab Saudi bersiap untuk memangkas pengiriman ke penyuling minyak AS dalam upaya untuk mencegah penumpukan cadangan.

Minyak West Texas Intermediate untuk pengiriman Januari menguat 2,8% atau 1,43 poin ke level US$52,58 per barel di New York Mercantile Exchange. Total volume yang diperdagangkan adalah 27% di atas rata-rata perdagangan 100 hari.

Sementara itu, minyak Brent untuk kontrak Februari menguat 1,30 poin atau 2,16% ke level US$61,45 di bursa ICE Futures Europe London. Minyak mentah patokan global diperdagangkan lebih tinggi US$8,62 terhadap WTI untuk bulan yang sama.

Dilansir Bloomberg, perusahaan minyak negara Saudi telah memperingatkan penyuling AS untuk bersiap-siap menghadapi penurunan tajam pengiriman bulan depan. Harga juga didukung oleh laporan penurunan stok besar-besaran di pusat penyimpanan AS di Oklahoma

Sementara itu, Badan Energi Internasional (IEA) memperingatkan bahwa pasokan global mungkin lebih rapuh dari yang diperkirakan sebelumnya.

"Kita harus melihat penurunan berkelanjutan persediaan minyak mentah dalam beberapa pekan mendatang dan permintaan yang lebih baik," kata Phil Flynn, analis pasar senior di Price Futures Group di Chicago.

Penyuling di AS telah diingatkan bahwa pengiriman dari Arab Saudi akan menurun pada Januari dibandingkan dengan beberapa bulan terakhir setelah perjanjian OPEC pekan lalu untuk memangkas produksi.

Ini menyusul laporan dari IEA bahwa gabungan penurunan produksi dari Iran dan Venezuela bisa mencapai 900.000 barel per hari selama kuartal kedua tahun depan, lebih dari rencana OPEC untuk memangkas produksi.

Sebelumnya, data Energy Information Administration menyatakan persediaan minyak mentah AS turun 1.21 juta barel pekan lalu, jauh lebih rendah dari penurunan 10,2 juta barel yang dikutip dalam laporan industri sehari sebelumnya. Hal ini memicu aksi jual minyak mentah yang bertahan sampai laporan Genscape dan IEA.

“Kelebihan volatilitas didorong oleh ketidakpastian besar tentang apa yang akan terjadi selanjutnya,” kata Scott Bauer, chief executive officer Prosper Trading Academy. “Ini adalah pasar yang bagus untuk pedagang harian, namun tidak bergitu bagus jika Anda mencoba bertaruh jangka panjang.”

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Fajar Sidik
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper