Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ini Proyeksi Analis untuk GIAA, KRAS, dan INAF

PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk., PT Indofarma (Persero) Tbk., dan PT Krakatau Steel (Persero) Tbk., diproyeksikan memiliki sejumlah tantangan dan peluang untuk mencetak keuntungan pada 2019.
Karyawan melintas di antara monitor pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Jumat (16/3/2018)./ANTARA-Sigid Kurniawan
Karyawan melintas di antara monitor pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Jumat (16/3/2018)./ANTARA-Sigid Kurniawan

Bisnis.com, JAKARTA— PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk., PT Indofarma (Persero) Tbk., dan PT Krakatau Steel (Persero) Tbk., diproyeksikan memiliki sejumlah tantangan dan peluang untuk mencetak keuntungan pada 2019.

Frederik Rasali, Vice President Research Artha Sekuritas menilai ketiga emiten tersebut memiliki tantangan dan peluang yang berbeda. Untuk Garuda Indonesia misalnya, masih banyak tekanan yang akan dihadapi terutama dari harga minyak.

Selain itu, Frederik menilai kerja sama operasi (KSO) dengan Sriwijaya Group kemungkinan belum mencapai operasional yang efisien. Pasalnya, dibutuhkan penyesuaian operasional terlebih dahulu.

“Isu harga tiket juga bisa membebani seandainya harga tiket memang mengalami penurunan artinya, secara pendapatkan dengan asumsi penjualan dalam volume sama maka pendapatan lebih rendah. Tentunya kondisi ini dapat menekan margin laba,” paparnya.

Untuk Krakatau Steel, dia memproyeksikan akan mendapat keuntungan dari regulasi impor baja. Pengetatan impor akan membuat permintaan baja di dalam negeri naik.

Selanjutnya, produsen baja pelat merah itu dinilai akan menikmati keuntungan dari beroperasinya pabrik blast furnace. Dengan demikian, kapasitas produksi akan lebih besar dan efisien pada 2019.

“Krakatau Steel juga sedang aktif mencari perusahaan trading baja untuk penetrasi ke pasar luar negeri sehingga kami eskpektasi penjualan juga akan mengalami peningkatan dengan adanya akuisisi tersebut,” imbuhnya.

Adapun, Frederik memprediksi Indofarma akan menikmati keuntungan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat. Apalagi, peraturan pemerintah untuk kewajiban mendaftar BPJS akan mengeri volume penjualan obat yang ada di dalam katalog.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Ana Noviani

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper