Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Penguatan Dolar AS Desak Rupiah Tergelincir Melemah

Penguatan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) tak mampu berlanjut pada perdagangan hari ini, Rabu (16/1/2019).
Karyawan bank memperlihatkan uang pecahan Dolar AS dan Rupiah di Jakarta, Senin (7/1/2019)./ANTARA-Rivan Awal Lingga
Karyawan bank memperlihatkan uang pecahan Dolar AS dan Rupiah di Jakarta, Senin (7/1/2019)./ANTARA-Rivan Awal Lingga

Bisnis.com, JAKARTA – Penguatan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) tak mampu berlanjut pada perdagangan hari ini, Rabu (16/1/2019).

Berdasarkan data Bloomberg, nilai tukar rupiah di pasar spot berakhir tergelincir melemah 38 poin atau 0,27% di level Rp14.128 per dolar AS, dari level penutupan perdagangan sebelumnya.

Pada perdagangan Selasa (15/1), nilai tukar rupiah terhadap dolar AS mampu berakhir terapresiasi 35 poin atau 0,25% di level Rp14.090 per dolar AS.

Nilai tukar rupiah mulai tergelincir terhadap dolar AS ketika dibuka terdepresiasi 40 poin atau 0,28% di level Rp14.130 per dolar AS pagi tadi. Sepanjang perdagangan hari ini, rupiah bergerak di level Rp14.108 – Rp14.157 per dolar AS.

Mayoritas mata uang di Asia juga melemah, dipimpin peso Filipina dan rupee India yang masing-masing terdepresiasi 0,39% dan 0,3% pada pukul 18.29 WIB.

Sementara itu, indeks dolar AS, yang mengukur kekuatan greenback terhadap sejumlah mata uang utama terpantau berbalik naik 0,020 poin atau 0,02% ke level 96,059 pada pukul 18.29 WIB.

Pergerakan indeks dolar AS sebelumnya dibuka terkoreksi 0,105 poin atau 0,11% di level 95,934, setelah pada perdagangan Selasa (15/1) berakhir menguat 0,45% atau 0,429 poin di posisi 96,039.

Dilansir dari Bloomberg, rupiah melemah bersama dengan sejumlah mata uang pasar negara berkembang akibat terbebani kekhawatiran atas melambatnya pertumbuhan global. Pada saat yang sama, penguatan dolar AS turut membebani pergerakan mata uang di Asia.

“Penguatan dolar AS, sebagian besar disebabkan oleh penurunan tajam mata uang euro pada Selasa (15/1), dan umumnya data ekonomi yang lebih lesu di seluruh wilayah telah membebani mata uang Asia,” kata Dushyant Padmanabhan, pakar strategi mata uang di Nomura di Singapura.

Perkembangan terkait Brexit, tambahnya, hanya memberi dampak yang terbatas dan reaksi apa pun yang akan terjadi kemungkinan datang melalui sentimen risiko yang lebih luas.

Analis Samuel Sekuritas Indonesia Ahmad Mikail berpendapat penguatan indeks dolar ditopang lemahnya data ekonomi Eropa.

Data pertumbuhan ekonomi Jerman sebagai negara dengan ekonomi terbesar di Eropa hanya sebesar 1,5% pada 2018, yang terendah sejak lima tahun terakhir.

"Indeks dolar AS diperkirakan akan menguat ke level 96,0-96,20 terhadap beberapa mata uang kuat utama dunia seperti euro," tulisnya dalam riset.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Rustam Agus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper