Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga Minyak Hangat, Batu Bara Menghijau

Berdasarkan data Bloomberg, harga batu bara untuk kontrak teraktif Februari 2019 di bursa ICE Newscastle bergerak di zona hijau menguat 2,81% atau naik 2,80 poin menjadi US$120,5 per metrik ton.
Operator mengoperasikan alat berat di terminal batu bara Pelabuhan Teluk Bayur, Padang, Sumatra Barat, Rabu (9/1/2019)./ANTARA-Iggoy el Fitra
Operator mengoperasikan alat berat di terminal batu bara Pelabuhan Teluk Bayur, Padang, Sumatra Barat, Rabu (9/1/2019)./ANTARA-Iggoy el Fitra

Bisnis.com, JAKARTA — Berdasarkan data Bloomberg, harga batu bara untuk kontrak teraktif Februari 2019 di bursa ICE Newscastle bergerak di zona hijau menguat 2,81% atau naik 2,80 poin menjadi US$120,5 per metrik ton.

Sebelumnya, pada saat terjadi kecelakan di pertambangan batu bara di China, Senin (14/1), harga batu bara sempat terperosok di level US$97,5 per metrik ton, menurun 0,36% atau turun 0,35 poin.

Naiknya harga batu bara juga ditopang naiknya harga minyak yang berhasil menyentuh level di atas US$50 per barel.

Berdasarkan data Bloomberg, pada perdagangan Kamis (17/1) pukul 18.26 WIB, harga minyak jenis West Texas Intermediete (WTI) terkoreksi 1,24% menurun 0,65 poin menjadi US$51,66 per barel. Sementara itu, harga minyak jenis Brent juga terkoreksi 1,06% atau turun 0,65 poin menjadi US$60,67 per barel.

Deddy mengatakan dengan sentimen dan kondisi permintaan dan pasokan saat ini, harga batu bara diprediksi tetap menguat pada kuartal I/2019.

Dia memprediksi harga batu bara sepanjang pekan ini akan berada di kisaran harga US$100,9 per metrik ton hingga US$104 per metrik ton.

Walaupun demikian, batu bara diproyeksikan kembali melemah menyusul pelemahan permintaan dari beberapa negara yang mulai memangkas pembelian batu bara secara perlahan.

China, misalnya, salah satu importir batu bara terbesar di dunia, akan mengurangi impor batu bara hingga 0,5% per tahun sehingga berdampak pada menipisnya permintaaan batu bara dunia.

Sepanjang musim dingin 2018, sebanyak 3,29 juta rumah tangga di China telah menggunakan gas alam sebagai pengganti batu bara untuk alat pemanas. Namun, pasar masih menunggu hasil dari stimulus, seperti pemangkasan pajak dalam skala besar oleh China untuk menggairahkan kembali pasar batu bara.

Adapun, China telah memberikan sejumlah stimulus, seperti pemangkasan pajak dalam skala besar dan membenamkan 560 miliar yuan pada sistem perbankannya, untuk menopang ekonomi dalam negeri yang terindikasi akan melambat.

Perlambatan ekonomi tersebut tercermin dari China yang telah memangkas pertumbuhan ekonominya dari 6,6% menjadi 6%--6,5% pada 2019.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Finna U. Ulfah
Editor : Gajah Kusumo
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper