Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

MNC Sekuritas: Hari Ini, SUN Berpotensi Menguat Didorong Rupiah

MNC Sekuritas memperkirakan harga Surat Utang Negara (SUN) masih akan bergerak bervariasi pada perdagangan Jumat (15/2/2019), dan masih berpeluang untuk mengalami kenaikan yang didorong oleh penguatan rupiah.
Ilustrasi Surat Utang Negara./Bisnis.com
Ilustrasi Surat Utang Negara./Bisnis.com

Bisnis.com, JAKARTA -- MNC Sekuritas memperkirakan harga Surat Utang Negara (SUN) masih akan bergerak bervariasi pada perdagangan Jumat (15/2/2019), dan masih berpeluang untuk mengalami kenaikan yang didorong oleh penguatan rupiah.

Kepala Divisi Riset Fixed Income MNC Sekuritas I Made Adi Saputra mengatakan bahwa para pelaku pasar memandang optimistis pertemuan delegasi AS dan China yang berlangsung di Beijing pada hari ini, sehingga berdampak kepada penguatan rupiah terhadap dolar AS.

"Dengan harga SUN yang masih berpeluang untuk mengalami kenaikan, terutama pada tenor di atas 7 tahun, maka kami menyarankan kepada investor untuk mencermati beberapa SUN dan melakukan strategi trading untuk memanfaatkan momentum kenaikan harga tersebut," paparnya dalam riset harian, Jumat (15/2).

Beberapa seri SUN yang perlu dicermati adalah FR0069, FR0053, FR0061, FR0070, FR0057, FR0050, FR0079, FR0077, dan FR0075.

Pada perdagangan Kamis (14/2), imbal hasil SUN bergerak bervariasi dengan kecenderungan mengalami kenaikan di tengah pelemahan rupiah terhadap dolar AS.

Penguatan dolar AS masih dipicu oleh isu perang dagang AS-China dan para pelaku pasar merespons positif pertemuan delegasi kedua negara. Meski demikian, para pelaku pasar masih melakukan aksi wait and see sambil menunggu keputusan hasil dari pertemuan delegasi kedua negara tersebut.

Kemarin, perubahan harga SUN mencapai 222 bps dengan rata-rata penurunan sebesar 41 bps, yang mendorong perubahan yield hingga 27 bps. Untuk SUN seri acuan, semua serinya mengalami koreksi harga antara 20-120 bps, yang mengakibatkan adanya kenaikan tingkat imbal hasil hingga 12 bps.

Perubahan kenaikan imbal hasil terbesar didapati pada SUN seri acuan bertenor 15 tahun sebesar 12,5 bps, yang didorong oleh penurunan harga sebesar 108 bps. Dilanjutkan SUN bertenor 20 tahun yang ditutup dengan kenaikan tingkat imbal hasil 124 bps, yang diakibatkan turunnya harga sebesar 120 bps.

Sementara itu, imbal hasil SUN seri acuan dengan tenor 10 tahun ditutup naik 8,4 bps yang disebabkan oleh terjadinya penurunan harga sebesar 59 bps. Selanjutnya, untuk SUN bertenor 5 tahun terjadi kenaikan yield sebesar 4,6 bps yang didorong turunnya harga sebesar 20 bps.

Kenaikan harga terlihat pada perdagangan SUN berdenominasi dolar AS di tengah tingkat imbal hasil US Treasury yang mengalami pelemahan.

Tingkat imbal hasil seri INDO29 mengalami kenaikan sebesar 2,3 bps, yang didorong oleh perubahan harga sebesar 19,4 bps. Adapun seri INDO44 dan INDO49 mengalami perubahan tingkat imbal hasil di bawah 1 bps yang disebabkan oleh perubahan harga masing-masing sebesar 2,8 bps dan 8,8 bps.

Volume perdagangan SUN pada perdagangan kemarin mengalami penurunan dibandingkan dengan hari sebelumnya, yaitu senilai Rp12,65 triliun dari 34 seri yang diperdagangkan.

Adapun SUN seri FR0077 menjadi SUN dengan volume perdagangan terbesar, yakni Rp2,05 triliun dari 45 kali transaksi di harga rata-rata 101,43%. Diikuti perdagangan Obligasi Negara seri FR0070 senilai Rp1,34 triliun dari 18 kali transaksi di harga rata-rata 102,07%.

Sementara itu,Sukuk Negara Ritel seri SR008 menjadi Sukuk Negara dengan volume terbesar, yaitu sebesar Rp119,91 miliar dari 11 kali transaksi. Diiringi Project Based Sukuk seri PBS014 sebesar Rp20 miliar untuk 3 kali transaksi.

Di sisi lain, volume perdagangan obligasi korporasi yang dilaporkan lebih kecil daripada volume perdagangan sebelumnya, yaitu senilai Rp1,12 dari 45 seri yang ditransaksikan.

Obligasi Berkelanjutan Indonesia Eximbank III Tahap V Tahun 2017 Seri A (BEXI03ACN5) menjadi obligasi korporasi dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp310 miliar dari 2 kali transaksi di harga rata-rata 98,72%. Diikuti Obligasi PLN VIII Tahun 2006 Seri B (PPLN08B) dengan nilai Rp132 miliar dari 8 kali transaksi di harga rata-rata 111,18%.

Adapun rupiah terkoreksi 33 pts (0,23%) ke level Rp14.090 per dolar AS. Pelemahan tersebut terjadi seiring melemahnya nilai tukar mata uang regional terhadap dolar AS.

Peso Filipina (PHP) menjadi mata uang regional dengan pelemahan tertinggi, sebesar 0,49%, diikuti rupee India (INR) yang terkoreksi sebesar 0,46%. Adapun dolar Singapura (SGD) dan dolar Hong Kong (HKD) mengalami penguatan masing-masing 0,1% dan 0,01%.

Imbal hasil US Treasury dengan tenor 10 tahun mengalami pelemahan sebesar 179 bps ke level 2,65%. US Treasury bertenor 30 tahun juga mengalami pelemahan sebesar 111 bps, sehingga berada di level 3,00%.

Pelemahan yield US Treasury terjadi di tengah kondisi pasar saham AS yang ditutup dengan mengalami perubahan arah yang bervariasi. Indeks NASDAQ ditutup menguat terbatas sebesar 9 bps sehingga berada di level 7426,96, sedangkan indeks DJIA terkoreksi 41 bps sehingga berada di level 25439,39.

Sementara itu, pasar obligasi Inggris (Gilt) dengan tenor 10 tahun dan tenor 30 tahun ditutup dengan mengalami koreksi masing-masing di level 1,145% dan 1,668%. Obligasi Jerman (Bund) bertenor 10 tahun dan 30 tahun juga ikut mengalami kenaikan terbatas, masing-masing ke level 0,102% dan 0,715%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Annisa Margrit
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper