Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Tensi Politik Dalam Negeri dan Lemahnya Cadev Buat Rupiah Lunglai

Ketegangan tensi politik dalam negeri dan menurunnya cadangan devisa Indonesia memberi tekanan pada rupiah sehingga membuat mata uang garuda kembali ditutup melemah pada perdagangan Rabu (8/5/2019).
Karyawan menghitung mata uang rupiah di gerai penukaran mata uang asing Ayu Masagung, Kwitang, Jakarta Pusat, Senin (28/1/2019)./ANTARA-Sigid Kurniawan
Karyawan menghitung mata uang rupiah di gerai penukaran mata uang asing Ayu Masagung, Kwitang, Jakarta Pusat, Senin (28/1/2019)./ANTARA-Sigid Kurniawan

Bisnis.com, JAKARTA - Ketegangan tensi politik dalam negeri dan menurunnya cadangan devisa Indonesia memberi tekanan pada rupiah sehingga membuat mata uang garuda kembali ditutup melemah pada perdagangan Rabu (8/5/2019).

Berdasarkan data Bloomberg, pada perdagangan Rabu (8/5/2019) rupiah kembali ditutup melemah 0,105% atau terdepresiasi 15 poin menjadi Rp14.295 per dolar AS.

Direktur Utama PT Garuda Berjangka Ibrahim mengatakan bahwa saat ini pelaku pasar cenderung melakukan wait and see akibat iklim politik dalam negeri pascapemilu 2019 belum kondusif. 

"Tensi politik yang tinggi ini tentu membuat investor kurang nyaman. Oleh karena itu, ada kemungkinan pemilik modal memilih menunggu untuk masuk ke pasar keuangan Indonesia sampai perpolitikan nasional kondusif," ujar Ibrahim seperti dikutip dari keterangan resminya, Rabu (8/5/2019).

Seperti diketahui, proses penghitungan hasil pemilihan umum 2019 oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) masih berlangsung. Namun, kubu oposisi, pasangan Prabowo dan Sandiaga Uno terus menyuarakan menolak untuk kalah meski hasil resmi belum diumumkan.

Belum lama ini, calon presiden Prabowo di hadapan koresponden media asing menyatakan dirinya tidak akan menyerah dan meminta media massa memberitakan kecurangan Pemilu sehingga hasilnya tidak sah. 

Perkembangan tersebut dapat mendelegitimasi hasil perhitungan suara oleh KPU dan meningkatkan tensi iklim politik dalam negeri. Selain itu, investor merespons rilis cadangan devisa Indonesia yang menurun. Bank Indonesia melaporkan, cadangan devisa April sebesar US$124,3 miliar, lebih rendah dibandingkan dengan bulan lalu sebesar US$124,5 miliar.

"Meski masih cukup memadai, penurunan cadangan devisa tetap agak mengganggu. Sebab, 'peluru' yang bisa digunakan oleh BI untuk stabilisasi nilai tukar menjadi berkurang," papar Ibrahim.

Investor pun saat ini tengah menanti rilis data neraca pembayaran Indonesia (NPI) untuk kuartal I/2019.

Di sisi lain, ketegangan perdagangan AS dan China yang masih bergulir masih menjadi katalis negatif untuk aset berisiko, termasuk rupiah. Pelaku pasar menanti hasil negosiasi perdagangan yang dijadwalkan akan berlangsung pada Kamis dan Jumat mendatang.

Ibrahim memprediksi rupiah akan diperdagangkan di level Rp14.235 per dolar AS hingga Rp14.360 per dolar AS pada perdagangan Kamis (9/5/2019).
 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Finna U. Ulfah
Editor : Riendy Astria
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper