Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Alasan Penerbitan Obligasi Korporasi Membaik 2 Tahun Belakangan

Analis Mandiri Sekuritas Handy Yunianto mengatakan tren penerbitan obligasi korporasi makin membaik selama 2 bulan belakangan.
Ilustrasi - Eurobonds/Bisnis-youtube
Ilustrasi - Eurobonds/Bisnis-youtube

Bisnis.com, JAKARTA -- Analis Mandiri Sekuritas Handy Yunianto mengatakan tren penerbitan obligasi korporasi makin membaik selama 2 bulan belakangan.

Sebagian, kata dia, memang dikarenakan kebutuhan refinancing dan memanfaatkan momentum risk free yield SUN yang kembali turun.

Handy mengatakan, secara year-on-year per Mei 2019, minat penerbitan relatif sama dan cenderung naik tipis naik sekitar 3%.

Namun, dengan kondisi yang berbeda dibandingkan tahun ini, tahun lalu BI rate naik sebesar 175bps sedangkan tahun ini kengkinan BI rate akan turun. Selain itu dari sisi obligasi jatuh tempo juga lebih banyak tahun ini.

“Jadi ada potensi bahwa tahun ini penerbitan obligasi korporasi bisa lebih marak dari tahun lalu. Kami perkirakan semester II/2019 masih akan ada banyak emiten yang akan issued jika penurunan risk free yield terus berlanjut,” jelasnya.

 Apalagi, biasanya transmisi BI rate turun ke pasar obligasi lebih cepat dampaknya dari bunga kredit perbankan.

Sementara itu, dari sisi efektifitas cost of fund korporasi, dia mengatakan masih akan bergantung rating dan tenor.

Dia mencontohkan pricing seperti Chandra Asri rating AA- masih menggunakan tingkat kupon 9.5% tenor 3 tahun. Padahal sebelumnya pada April, finansial company rating AA- tenor 3 tahun tingkat kuponnya masih 9.85%

 “Yang lagi jalan Pupuk Indonesia, Waskita, Bank BNI juga sedang proses mengeluarkan,” imbuhnya.

 Direktur & Chief Investment Officer, Fixed Income Manulife Aset Manajemen Ezra Nazula mengatakan, nada dovish dari The Fed akan membuka ruang Bank Inodnesia untuk memangkas suku bunga.

Hal ini akan mendukung pasar obligasi sehingga dia mengekspektasikan imbal hasil obligasi pemerintah 10 tahun dapat turun dan berada pada level 7%-7.5%.

 Pada semester II/2019 dia memproyeksikan tren suku bunga global akan turun diawali dari The Fed sehingga imbal hasil UST akan tetap berada di level 2%-2.5%.

 “Obligasi korporasi akan mengikuti suku bunga yang diterapkan. Jadi jika saat penurunan suku bunga berlangsung kami ekspektasi imbal hasil obligasi korporasi akan turun. Jadi tentunya cost dari issuance bisa turun. Jadi lebih positif pada semester II INI,” ungkapnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Riendy Astria
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper