Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rupiah Ditutup di Zona Merah, Terlemah di Asia

Berdasarkan data Bloomberg, pada perdagangan Kamis (1/8/2019), rupiah ditutup di level Rp 14.116 per dolar AS, melemah 0,66 persen. Pelemahan tersebut membawa rupiah menjadi mata uang dengan kinerja terburuk di antara mata uang asia lainnya.
Karyawati menghitung uang pecahan Rp100.000 di salah satu kantor cabang milik Bank Mandiri, di Jakarta, Rabu (12/6/2019)./Bisnis-Nurul Hidayat
Karyawati menghitung uang pecahan Rp100.000 di salah satu kantor cabang milik Bank Mandiri, di Jakarta, Rabu (12/6/2019)./Bisnis-Nurul Hidayat

Bisnis.com, JAKARTA – Rupiah kembali ditutup terdepresiasi pada perdagangan Kamis (1/8/2019) seiring dengan pemangkasan suku bunga AS yang justru membuat dolar AS bergerak menguat.

Berdasarkan data Bloomberg, pada perdagangan Kamis (1/8/2019), rupiah ditutup di level Rp 14.116 per dolar AS, melemah 0,66 persen. Pelemahan tersebut membawa rupiah menjadi mata uang dengan kinerja terburuk di antara mata uang asia lainnya.

Analis PT Monex Investindo Futures Ahmad Yudiawan mengatakan bahwa sentimen penggerak rupiah masih berasal dari The Fed yang memenuhi ekspektasi untuk memangkas suku bunga tetapi diikuti pernyataan Ketua The Fed Jerome Powell yang cenderung hawkish.

Jerome Powell memberikan sinyal bahwa pihaknya kemungkinan tidak akan memangkas suku bunga dalam waktu yang tidak ditentukan.

“Komentar tersebut membuat dolar AS menjadi cenderung menguat terhadap mata uang mayor sehingga menekan kinerja rupiah hari ini,” ujar Yudi saat dihubungi Bisnis, Kamis (1/8/2019).

Sementara itu, dari dalam negeri sentimen yang membebani rupiah adalah proyeksi transaksi berjalan Indonesia kuartal II/2019 yang masih akan defisit.

Oleh karena itu, Yudi menilai rupiah masih akan cenderung bergerak melemah pada perdagangan Jumat (2/8/2019) dengan bergerak di kisaran Rp14.050 per dolar AS hingga Rp14.150 per dolar AS.

Kendati demikian, Direktur Utama PT Garuda Berjangka Ibrahim menilai rupiah masih memiliki potensi untuk berbalik menguat seiring dengan data inflasi Juli yang dinilai masih terkendali.

BPS mencatat  inflasi Juli sebesar 0,31 persen secara bulanan dibandingkan dengan  ekspektasi pasar sebesar 0,25 persen, sedankan secara tahunan inflasi berhasil dirilis sebesar 3,32 persen dibandingkan dengan ekspektasi sebesar 3,25 persen.

Ibrahim mengatakan bahwa Meski lebih tinggi dibandingkan dengan inflasi Juni 2019,  laju inflasi Juli 2019 masih dalam batas terkendali, yaitu sebesar 2,36 persen dibandingkan dengan ekspektasi sebesar 3,175 persen.

“Oleh karena itu, ruang bagi BI untuk kembali menurunkan suku bunga acuan masih terbuka,” ujar Ibrahim.

Dia memprediksi rupiah pada perdagangan Jumat (2/8/2019) kembali bergerak melemah di kisaran level Rp14.090 per dolar AS hingga Rp14.150 per dolar AS.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Finna U. Ulfah
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper