Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Sentimen Pasar Positif, IHSG & Rupiah Menguat Hari Kedua

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berhasil memperkokoh penguatannya pada akhir perdagangan hari kedua berturut-turut, Kamis (8/8/2019).
Karyawan berada di depan papan elektronik yang menampilkan harga saham di Jakarta, Senin (22/7/2019)./Bisnis-Abdullah Azzam
Karyawan berada di depan papan elektronik yang menampilkan harga saham di Jakarta, Senin (22/7/2019)./Bisnis-Abdullah Azzam

Bisnis.com, JAKARTA – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berhasil memperkokoh penguatannya pada akhir perdagangan hari kedua berturut-turut, Kamis (8/8/2019), bersama nilai tukar rupiah.

Berdasarkan data Bloomberg, IHSG ditutup menguat 1,14 persen atau 70,48 poin di level 6.274,67 dari level penutupan perdagangan sebelumnya.

Pada perdagangan Rabu (7/8), indeks berakhir naik tajam 1,38 persen atau 84,72 poin di level 6.204,19, mematahkan pelemahan empat hari beruntun sebelumnya. Penguatan IHSG mulai berlanjut hari ini dengan dibuka naik 0,33 persen atau 20,7 poin di level 6.224,90.

Sepanjang perdagangan hari ini, IHSG konsisten bergerak di zona hijau dengan level 6.224,90 – 6.281,10.

Delapan dari sembilan sektor berakhir di wilayah positif, dipimpin industri dasar (+3,37 persen) dan pertanian (+2,50 persen). Satu-satunya sektor yang menetap di zona merah hanya tambang dengan pelemahan 0,49 persen.

Dari 652 saham yang diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia (BEI) hari ini, sebanyak 259 saham menguat, 156 saham melemah, dan 237 saham stagnan.

Saham PT Astra International Tbk. (ASII) dan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI) yang masing-masing naik 2,60 persen dan 2,04 persen menjadi pendorong utama penguatan IHSG.

Menurut Direktur PT Indosurya Bersinar Sekuritas William Surya Wijaya, berlanjutnya penguatan IHSG turut ditopang rilis data cadangan devisa yang menunjukkan peningkatan.

“Hal ini menunjukkan stabilnya kondisi perekonomian Indonesia yang tentunya dapat meningkatkan kepercayaan investor terhadap pasar modal Indonesia,” jelas William melalui riset hariannya yang diterima Bisnis.

Pada Selasa (7/8/2019), Bank Indonesia melaporkan posisi cadangan devisa (cadev) Indonesia per akhir Juli 2019 sebesar US$125,9 miliar. Posisi pada Juli menandakan kenaikan sebesar US$2,1 miliar dari US$123,8 miliar pada Juni 2019.

Menurut BI, cadangan devisa tersebut mampu mendukung ketahanan sektor eksternal serta menjaga makroekonomi dan stabilitas sistem keuangan.

“Dalam jangka menengah hingga panjang, IHSG masih berada pada jalur uptrend,” tambah William.

Sejalan dengan IHSG, nilai tukar rupiah berhasil melanjutkan penguatannya dan berakhir menguat 12 poin atau 0,08 persen di level Rp14.213 per dolar AS, apresiasi hari kedua berturut-turut.

Sementara itu, MNC Sekuritas menilai, meredanya kekhawatiran pasar atas perang mata uang setelah China menstabilkan mata uang yuan menjadi sentimen positif yang mengangkat indeks saham secara global dan domestik.

"MNC Sekuritas menyakini bahwa momentum rebound IHSG masih dapat berlanjut hingga ke level 6.250--6.300 dalam pekan ini," tulis Tim Riset MNC Sekuritas yang dikepalai oleh Thendra Crisnanda.

Bersama IHSG, indeks saham lainnya di Asia mayoritas ikut ditutup di zona hijau. Indeks Nikkei 225 Jepang naik 0,37 persen, indeks Kospi Korea Selatan menguat 0,57 persen, dan indeks Hang Seng Hong Kong naik 0,48 persen.

Di China, dua indeks saham utamanya Shanghai Composite dan CSI 300 China masing-masing berakhir menanjak 0,93 persen dan 1,32 persen.

Dilansir dari Bloomberg, bursa Asia menguat setelah penetapan tingkat harian mata uang China yang lebih kuat dari perkiraan meredakan kekhawatiran tentang memburuknya konflik perdagangan.

Bank sentral China menetapkan nilai tukar referensi harian yuan lebih rendah di level 7,0039 yuan per dolar AS hari ini. Meskipun yuan menembus level 7 per dolar AS pekan ini untuk pertama kalinya sejak Mei 2008, namun bank sentral belum menetapkan nilai referensi di level ini sebelumnya.

Angka referensi ini lebih kuat dari proyeksi rata-rata 21 pelaku pasar dan analis dalam survei Bloomberg yang mencapai level 7,0156. Alhasil, nilai tukar yuan diperdagangkan menguat terhadap dolar AS hari ini.

Nilai referensi harian yuan telah menjadi angka yang diawasi ketat oleh para pelaku pasar pekan ini setelah tingkat referensi yang lemah pada Senin (5/8) memicu pelemahan tajam yuan sekaligus kekhawatiran tentang perang mata uang global.

Turut menopang sentimen pasar, ekspor China secara tak terduga naik pada bulan Juli di tengah tekanan perdagangan dengan AS.

Berdasarkan data administrasi bea cukai China, ekspor meningkat 3,3 persen pada Juli dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, kenaikan terbesar sejak Maret 2019.

Sementara itu, nilai impor turun 5,6 persen pada periode yang sama. Dengan ini, neraca perdagangan tercatat surplus sebesar US$45,1 miliar.

Capaian ekspor ini jauh melampaui estimasi sejumlah analis yang memperkirakan penurunan sebesar 1 persen, sebentara impor sebelumnya diperkirakan turun hingga 9 persen.

“Ada sedikit ketenangan pada pasar saat ini. Namun hal tersebut bergantung pada [Presiden AS Donald] Trump,” ujar Peter Kinsella, kepala strategi valas global di UBP, dikutip dari Reuters.

Saham-saham pendorong IHSG:

Kode

Kenaikan (persen)

ASII

+2,60

BMRI

+2,04

CPIN

+7,39

TLKM

+1,19

Saham-saham penekan IHSG:

 Kode

Penurunan (persen)

BYAN

-6,43

MEGA

-3,45

UNVR

-0,39

BTPS

-3,33

Sumber: Bloomberg

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper