Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

OJK Targetkan Jumlah Investor Mencapai 5 Juta pada 2021

Adapun dari porsi 5 juta investor, diperkirakan sebanyak 40% nantinya merupakan investor saham.
Pelajar mengamati monitor pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Kamis (13/9/2018)./ANTARA-Sigid Kurniawan
Pelajar mengamati monitor pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Kamis (13/9/2018)./ANTARA-Sigid Kurniawan

Bisnis.com, JAKARTA—Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menargetkan dalam 3 tahun ke depan jumlah investor bisa bertambah hingga 5 juta.

Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal OJK Hoesen menjelaskan, pada 2021 nanti harapannya jumlah investor—baik investor saham dan obligasi maupun reksa dana—bisa meningkat mencapai 5 juta SID (Single Investor Identification).

“Kami berharap, tiap tahun akan bisa menambah. Mungkin dalam 2—3 tahun kita bisa mencapai 5 juta,” ujar Hoesen baru-baru ini.

Dirinya menjelaskan, dengan meningkatnya jumlah invesor domestik nantinya akan dapat mengimbangi jumlah aliran modal asing yang masuk ke pasar modal Tanah Air. Dengan demikian, ketahanan pasar modal pun bisa dikelola bersama-sama dari dalam.

Adapun dari porsi 5 juta investor, diperkirakan sebanyak 40% nantinya merupakan investor saham. Pasalya, apabila dilihat dari rasio, investor pemula biasanya masuk ke reksa dana terlebih dahulu.

“Investor pemula ini akan lebih banyak masuk ke reksa dana dulu oleh karena proses belajarnya umumnya seperti itu,” imbuh Hoesen.

Adapun per 9 Agustus 2019, PT Kustodian Sentral Efek Indonesia mencatat jumlah SID investor telah mencapai 2,07 juta. Dari total tersebut, investor ritel berjumlah 2,04 juta dan sisanya berasal dari investor institusi.

Direktur Utama KSEI Uriep Budhi Prasetyo menjelaskan, untuk investor saham dan obligasi saat ini tercatat sebanyak 995.990 investor.

“Untuk mutual fund (reksa dana), itu angkanya sudah hampir 1,4 juta yaitu 1,39 investor,” ujar Uriep.

Sementara itu, basis investor saat ini masih terkonsentrasi di Pulau Jawa sebesar 72,49%, diikuti oleh Pulau Sumatra sebesar 14,88% dan Pulau Kalimantan sebesar 4,75%. Selanjutnya, basis investor di Pulau Sulawesi sebesar 3,54% dan daerah Bali—NTT—NTB sebesar 3,12%. Sisanya tersebar di kawasan Maluku dan Papua.

“Jadi, kalau kita lihat, khusus untuk ekuitas, porsi lokalnya itu Rp2.459 triliun dari total aset yang ada di C-Best [investasi saham dan obligasi]. Sedangkan mutual fund per 8 Agustus mencapai Rp730 triliun dengan total produk sebanyak 2.920,” kata Uriep.

Kendati pertumbuhan jumlah investor melaju, Direktur Utama Bursa Efek Indonesia Inarno Djajadi menjelaskan, SRO akan memantau keaktivan dari para investor tersebut, khususnya investor ritel.

Pasalnya, mulai banyak investor ritel yang mulai tidak aktif dan masih kurang dalam menyampaikan dokumen.

“Kami juga ingin memperbaiki kualitas investor ritel yang kira-kira sudah tidak aktif atau ada kekurangan dokumen seperti KTP dan NPWP, itu akan kami kurangi. Jadi kami mau bersihkan investor ritel ini,” tutur Inarno.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Dwi Nicken Tari
Editor : Ana Noviani
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper