Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga Minyak Menguat di Tengah Ketidakpastian Sengketa Dagang

Berdasarkan data Bloomberg, hingga pukul 17:25 WIB, harga minyak mentah West Texas Intermediate menguat 1,7% atau 0,92 poin ke posisi US$55,39 per barel, Jumat (16/8/2019).

Bisnis.com, JAKARTA – Harga minyak mentah berjangka menuju kenaikan mingguan, karena harapan bahwa Amerika Serikat dan China bisa melanjutkan negosiasi untuk menyelesaikan sengketa dagang.

Berdasarkan data Bloomberg, hingga pukul 17:25 WIB, harga minyak mentah West Texas Intermediate menguat 1,7% atau 0,92 poin ke posisi US$55,39 per barel, Jumat (16/8/2019). Hal tersebut membawa kenaikan WTI untuk pekan ini menjadi 1,4.

Sementara itu, harga minyak mentah Brent menguat 1,67% atau 0,97 poin ke posisi US$59,20 per barel. Perolehan ini mengambil kenaikan mingguan Brent menjadi 1%.

Sebelumnya, Presiden AS Donald Trump mengatakan, dia mendapat telepon dari Presiden China Xi Jinping, setelah janji dari Beijing untuk membalas tarif yang direncanakan oleh AS.

Awal pekan ini, minyak melonjak paling tinggi dalam lebih dari sebulan setelah pemerintahan Trump mengatakan akan menunda pungutan pada beberapa produk China.

Sebetulnya, harga komoditas energi ini telah berayun antara kenaikan dan penurunan, lantaran kekhawatiran dampak perang AS dan China dapat melemahkan permintaan minyak global.

Untungnya, pada saat yanga sama, Arab Saudi berkomitmen membatasi produksi guna menjaga keseimbanga pasar. Setidaknya rencana tersebut dapat mengimbangi sentimen negatif dari perang dagang.

Sementara itu, peningkatan tak terduga dalam stok minyak mentah mingguan AS menambah kekhawatiran, setelah data ekonomi yang lemah dari Jerman dan China memicu sentimen negatif.

Eugen Weinberg, kepala riset komoditas di Commerzbank AG di Frankfurt mengatakan, ketidakpastian di pasar minyak terus berlanjut dan harga minyak sangat rentan terhadap fluktuasi.

"Harga minyak saat ini tetap pada kemurahan hati terhadap sejumlah ekspektasi ekonomi global, dan dengan demikian terjebak di antara kekhawatiran ekonomi dan harapan bahwa sengketa perdagangan akan segera berakhir."

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Dika Irawan
Editor : Ana Noviani

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper